Bisnis.com, BALIKPAPAN - Laju inflasi Kota Balikpapan sepanjang 2016 tercatat mencapai 4,13%, tertinggi kedua se-Kalimantan.
Namun, TPID menganggap angka tersebut merupakan level inflasi terendah selama tujuh tahun terakhir.
Berdasarkan pencatatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, laju inflasi kota minyak selama tujuh tahun terakhir mulai 2010 secara berturut-turut adalah 7,38%, 6,45%, 6,41%, 8,56%, 7,43% dan 6,26%.
Adapun komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah angkutan udara, rokok kretek filter, ikan layang, papan dan sewa rumah dengan andil masing-masing sebesar 1,99%, 0,27%, 0,26%, 0,23% dan 0,18%.
"Inflasi pada tarif angkutan udara dipengaruhi oleh lonjakan permintaan pada momen-momen hari besar keagamaan dan libur sekolah, sementara pada rokok kretek filter dipengaruhi oleh kenaikan cukai rokok yang berlaku sejak awal tahun lalu," jelas Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Balikpapan Suharman Tabrani, Jumat (13/1/2017).
Inflasi pada sewa rumah dipengaruhi oleh peningkatan tarif listrik, seiring diberlakukannya penyesuaian tarif pada pelanggan 1.300 dan 2.200 VA sejak awal 2016, serta kenaikan tarif pada Juli dengan rata-rata kenaikan Rp8 per KWH.
Sedangkan kelompok bahan pangan yang notabene dominan tercatat menjadi penyumbang inflasi per bulan, justru terbukti mampu menekan laju inflasi. Tercatat laju inflasi kelompok pengeluaran tersebut mencapai -0,10%.
"Kecuali ikan layang dan bawang merah yang masing-masing inflasi sebesar 0,26% dan 0,15%. Ada komoditas lain yang juga menahan laju inflasi, yaitu bensin, seiring dengan tren penurunan harga minyak dunia," tukas Suharman.