Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Kinerja perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan tren penurunan di kedua sisi transaksi pada Juni 2025.
Nilai ekspor tercatat US$1,61 miliar, turun 3,40% dibandingkan Mei 2025, sementara kondisi impor anjlok lebih dalam hingga 13,30% menjadi US$360,71 juta.
Kepala BPS Kalimantan Timur Yusniar Juliana menyatakan penurunan ekspor ini didorong oleh kontraksi di sektor migas dan nonmigas.
"Ekspor migas Juni 2025 tercatat sebesar US$138,47 juta, atau turun sebesar 8,52 persen dibandingkan dengan Mei 2025. Sementara itu, ekspor nonmigas tercatat US$1.476,29 juta, atau turun sebesar 2,89 persen," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (1/8/2025).
Yusniar menambahkan, ekspor gas justru anjlok drastis 28,11%, meski diimbangi kenaikan ekspor hasil minyak sebesar 36,47%.
Namun, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kondisinya lebih mengkhawatirkan. Total ekspor jeblok 26,45% dari US$2,19 miliar pada Juni 2024.
Baca Juga
Secara kumulatif, nilai ekspor Benua Etam hanya mencapai US$10,03 miliar atau turun 17,49% yoy untuk periode Januari hingga Juni 2025.
Di sisi komoditas, bahan bakar mineral tetap menjadi primadona dengan kontribusi 77,14% dari total ekspor nonmigas. Akan tetapi, golongan ini justru mengalami penurunan signifikan US$205,43 juta.
Sebaliknya, lemak dan minyak hewani/nabati mencuri perhatian dengan lonjakan 63,57% atau US$122,30 juta.
Dari segi negara tujuan, Tiongkok masih kokoh di puncak dengan pangsa 30,34% atau senilai US$2,75 miliar selama semester I/2025.
India dan Filipina mengikuti dengan kontribusi masing-masing 17,02% dan 9,51%.
Di sisi lain, peta impor menunjukkan dinamika berbeda. Meski total impor turun, impor nonmigas justru melonjak 59,02% menjadi US$127,09 juta.
Hal ini terutama didorong kenaikan fantastis impor kendaraan dan bagiannya sebesar 672,17%.
Dari sisi pelabuhan, Balikpapan tetap menjadi gerbang utama dengan kontribusi 28,62% untuk ekspor dan 75,39% untuk impor.
Adapun, dia menuturkan neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus US$1,34 miliar, meski tergerus defisit migas US$95,15 juta.