Bisnis.com, BALIKPAPAN - Operasi pasar lazimnya dianggap sebagai solusi dan antisipasi lonjakan harga komoditas.
Namun, pada momentum kenaikan harga cabai kali ini upaya operasi pasar dinilai tak akan mampu menekan lonjakan harga secara signifikan.
Sebelumnya, TPID Balikpapan melalui Bulog mengadakan penjualan cabai rawit dengan harga rendah, yakni Rp55.000 per kilogram, pada 10 Januari. Namun, belum ada informasi lanjutan apakah kegiatan serupa akan dilaksanakan kembali.
"Masalahnya begini, Bulog kemarin cuma dijatah 500 Kg saja. Sementara permintaannya sangat tinggi. Pedagang di Pasar Pandan Sari ada yang menjual cabai sampai 100 Kg per hari, dan ada banyak pedagang di Balikpapan. Jadi permintaannya besar," jelas Asisten Bagian Ekonomi, Pembangunan, dan Kesra Setdakot Balikpapan Sri Soetantinah, Senin (16/1/2017).
Dia mengatakan, program Sekolah Peduli Inflasi yang dijalankan oleh bank sentral cukup membantu menekan lonjakan harga cabai. Melalui program tersebut bank sentral membantu sekolah-sekolah untuk menanam cabai.
Humas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Andi Palupi mengatakan, pada 2015 bank sentral membagikan bibit cabai berusia 25 hari kepada 15 sekolah di Balikpapan.
Pada 2016, bank sentral memberikan bantuan senilai Rp7 juta untuk membeli sarana produksi.
"Jadi bibitnya beli sendiri, dan dirawat sendiri sampai panen. Tahun lalu jumlah panen 560 Kg, sampai sekarang masih berlanjut. Sebagian sekolah ada yang sampai bisa menjual hasil panennya dengan harga normal," jelasnya.
Keberhasilan program itu pun mengundang ketertarikan instansi lain, kalangan TNI dan Polri bahkan juga berharap dapat memperoleh program serupa. Sayangnya, pembibitan cabai masih terbatas.
"Bibitnya asli dari petani Balikpapan. Tahun ini kami akan sebar 5.000 bibit cabai siap tanam ke masyarakat, juga mengoptimalkan urban farming yang melibatkan sekolah-sekolah."