Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NPL Perbankan di Balikpapan Tembus 10,62% Pada 2016

Bisnis.com, BALIKPAPAN--Rasio kredit bermasalah perbankan di Kota Balikpapan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan, sepanjang 2016 bank sentral mencatat NPL gross mencapai 10,62%.
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, BALIKPAPAN--Rasio kredit bermasalah perbankan di Kota Balikpapan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan, sepanjang 2016 bank sentral mencatat NPL gross mencapai 10,62%.

Berdasarkan data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, rasio kredit bermasalah mulai menanjak sejak 2015. Pada periode tersebut, tercatat rasio NPL mencapai 7,23%.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Suharman Tabrani mengatakan sektor pertambangan masih menyumbang andil NPL terbesar, yakni sebesar 61,79% atau Rp1,3 triliun dari total penyaluran kredit.

"Khususnya dari komoditas batu bara, sumbangan kredit bermasalah sampai 89,39%. Sejauh ini komoditas unggulan Kaltim belum tampak ada perbaikan meskipun harganya mulai naik," jelas Harman, Jumat (3/3/2017).

Selain itu, pertumbuhan penyaluran kredit juga minim. Sebab perbankan masih cenderung sangat selektif dalam menyalurkan kredit kepada debitur pada sektor pertambangan dan turunannya.

Hal itu dibenarkan oleh Pimpinan Cabang BNI Area Balikpapan Untung Rahmat Basuki. Dia mengatakan meskipun harga emas hitam mulai membaik, pihaknya tak ingin mengambil risiko terlampau besar.

"Tahun ini kami masih berhati-hati dalam menyalurkan kredit ke sektor pertambangan. Setiap debitur yang mengajukan kucuran kredit akan kami periksa betul-betul track recordnya, kami tidak mau asal menyalurkan," jelasnya.

Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh bank pelat merah lainnya. VP Commercial Banking Centre Mandiri Balikpapan Muhammad Machmuddin mengatakan sepanjang 2016, pihaknya sangat membatasi penyaluran kredit sektor pertambangan.

"Masih ada, tapi sangat kami batasi sekali. Kami lihat benar-benar bagaimana kondisi dan kejelasan usaha debiturnya," tutup Machmuddin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nadya Kurnia
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper