Bisnis.com, PONTIANAK – People Resourcers and Conservation Foundation Indonesia, organisasi pemberdayaan ekonomi masyarakat, terus mendorong warga di Kecamantan Landjak dan Badau guna semakin produktif menghasilkan kain ikat tenun.
Pasalnya, kain tenun tersebut memiliki potensi besar meningkatkan pendapatan para petenun apabila digarap dengan serius.
Salah satu daerah penghasil para petenun ikat Iban adalah Kabupaten Kapuas Hulu dan dua kecamatan di atas adalah salah satu penghasil para perajin ahli-ahli tenun khas Iban.
Fasilitator Program PRCF Indonesia Kalbar Ponti Ana Banjaria mengatakan, menenun kain memang belum menjadi salah satu pekerjaan utama dalam menghasilkan pundi-pundi cuan bagi masyarakat setempat.
Kendati demikian, pihaknya terus berupaya dalam membantu mereka mulai dari meningkatkan skill, mengajukan permodalan, mengelola keuangan hingga pemasarannya.
“Kami memfokuskan pada pemberdayaan perempuan Dayak Iban, tak bisa dipungkiri mereka punya keahlian bagus dalam menenun kain, kenggulan lainnya, tempat tinggal mereka sangat dekat dengan Malaysia” kata Ponti kepada Bisnis, Selasa (9/5/2017).
Baca Juga
Dengan jarak yang dekat itu, justru sangat mudah bagi mereka untuk menjual kain-kain tenun mereka ke Malaysia. Menjual ke Malaysia lebih cepat dibandingkan dengan harus menjual produk-produk tersebut ke Kota Putussibau.
Pembelinya juga beragam salah satu sasaran pembelinya adalah para turis internasional.
Negeri jiran itu, kata Ponti, sangat menyukai produk tenun dari Kapuas Hulu dan Kalbar. Hanya saja, tak bisa dielakan, pihaknya harus berhadapan dengan industri tenun secara instan yang marak diterapkan di Malaysia.
Seringkali, produk tenun buatan tangan binaan PRCF harus berhadapan dengan produk cepat jadi tersebut. Industri tenun Malaysia juga memperhatikan motif yang menarik untuk dilihat bagi para calon pembeli.
Tantangan lain, diakuinya, menenun belum menjadi kegiatan utama sehari-hari atau baru aktivitas selingan bagi para tangan-tangan terampil binaan PRCF tersebut.
Mereka harus berbagi waktu antara berladang, mengurus keperluan rumah tangga dan saat memiliki waktu luang barulah mereka menenun.
“Jadi menenun adalah kerja sampingan. 1 kain biasanya bisa dihasilkan antara antara 7 hingga 10 minggu. Menenun kain juga membutuhkan modal besar untuk membeli ini juga masih kendala dari kami,” tuturnya.
PRCF tidak hanya membina dan mendampingi penenun di satu rumah betang saja. Ada sejumlah rumah betang di Kapuas Hulu yang warganya menjadi bagian bagian binaan PRCF.
“Satu rumah betang itu rerata mempunyai 30 kepala keluarga (KK), dan satu KK ada 2 orang yang biasanya terampil menenun,” ungkapnya.
Adapun, jenis-jenis kain yang dijual beraneka ragam bentuk dan bervariasi harganya. Ponti mengatakan, seperti bentuk syal dijual dengan harga antara Rp100.000-Rp175.000, sementara kain berukuran puak, kebat dan pashmina dibanderol antara Rp500.000-Rp1,5 juta.
Banyak motif dibikin petenun seperti, motif buaya, manusia, tipah layang, perahu dan lain sebagainya.