Bisnis.com, SAMARINDA - Kepala Dinas Pariwisata Samarinda, M Faisal mengungkapkan, pembangunan infrastruktur oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota semakin membuat pariwisata Ibu Kota Kaltim berkembang. Hal itu terlihat terus tumbuhnya bisnis hotel dan restaurant di kota tersebut.
“Setiap tahun, hotel dan restaurant di Samarinda semakin bertambah dan menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin tinggi. Tahun 2017, kami menargetkan Rp 108 miliar atau 30% dari sektor pariwisata menyumbang total PAD Samarinda,” kata Faisal, Kamis (21/9/2017).
Dikatakan Faisal, posisi tahun lalu, PAD dari sektor pariwisata Samarinda dari hotel dan restaurant sudah mencapai 22,65% dari total PAD. Tumbuhnya sektor wisata dari hotel dan restaurant ini tak lepas semakin baik infrastruktur jalan, listrik dan air di daerah-daerah destinasi wisata sekitar kota Samarinda.
“Samarinda letaknya strategis di tengah-tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, kota Bontang dan Kutai Timur serta persinggahan masyarakat dari hulu sungai Mahakam Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu. Bila di daerah-daerah tersebut baik infrastruktur ke Samarinda, maka banyak pengunjung wisata lokal berlibur sekaligus berdagang,” kata Faisal.
Pihak Dinas Pariwisata Samarinda mengakui ramainya bisnis hotel dan restaurant merupakan efek dari ekonomi sektor jasa dan perdagangan, sehingga para pengusaha selain berdagang sekaligus juga berlibur membawa keluarga. Untuk itu, pemerintah kini terus menggalakan pengelolaan objek wisata Masjid Islamic Center dan Kampung Tenun sebagai tujuan wisata serta mengajak masyarakat berpartisipasi.
“Pemerintah tak bisa bekerja sendiri untuk mengembangkan pariwisata. Perlu dukungan masyarakat juga bagaimana menjaga daerahnya bisa nyaman untuk para wisatawan,” kata Faisal.
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Mohd Irwan mengatakan pihaknya kini sedang membantu menggalakan kampung tenun Sarung Samarinda. Bantuan itu melalui pendampingan studi pembiayaan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pembuatan sarung.
“Kami kira bantuan UMKM ini sejalan dengan tugas Bank Indonesia yang ingin menjaga mata uang rupiah dan ekonomi lebih stabil. Karena, UMKM ini mampu menjaga ekonomi dari situasi krisis. Bank Indonesia hanya memprovokasi agar produk unggulan di daerah bisa maju yang nantinya tugas Kementerian lain membantunya,” Irwan.