Bisnis.com, TARAKAN - Sepanjang 2017, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terlihat merangkak naik. Dari tiga triwulan terakhir, pertumbuhan ekonomi Kaltara rata-rata di atas 6%. Berdasarkan data, pertumbuhan ekonomi terakhir itu mencapai 6,6%. Sehingga diperkirakan, pertumbuhan ekonomi sampai akhir Desember 2017, tetap di atas 6%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltara, Hendik Sudaryanto menjelaskan, dengan angka itu, menandakan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi di Kaltara. Karena berdasarkan data, pertumbuhan ekonomi pada 2016 lalu, hanya 3,75%.
Adapun faktor meningkatkanya pertumbuhan ekonomi ini, dikarenakan geliat perekonomian Kaltara sebagai Provinsi yang baru. Di mana investasi mulai masuk serta pertambangan yang stabil. "Belum lagi upaya-upaya peningkatan yang mendatangkan orang banyak. Seperti kegiatan pertemuan, kegiatan nasional yang dapat mendorong sektor perhotelan, perdagangan dan restoran," jelasnya.
Untuk sektor perhotelan, perdagangan dan restoran, memang menjadi sektor dominan dalam mendorong perekonomian di Kaltara. Khususnya di Bumi Paguntaka-sebutan lain Kota Tarakan yang diketahui menjadi penyumbang ekonomi terbesar dibandingkan dengan daerah lain di Kaltara. Meskipun demikian, dengan adanya upaya-upaya sektor industri yang ada di Kabupaten Bulungan, tentu menambah penyumbang.
"Sekarang ini tahapan komitmen melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang dilakukan pemerintah. Ada beberapa yang telah terealisasi. Tentunya ketika nanti itu terimplementasi, akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi," ujarnya.
Prediksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 sendiri, kata Hendik, akan lebih meningkat lagi. Karena dengan asumsi, adanya faktor-faktor pendorong perekonomian. Seperti harga bahan tambang relatif stabil meskipun produksinya tetap sama. Kemudian, realisasi investasi pada 2018, sudah mulai berjalan.
"Anggaran pemerintah daerah, juga diharapkan lebih normal dan sesuai arahan presiden, tidak harus diakhir periode tahun berjalan. Bisa diawal dilakukan pengeluaran-pengeluaran APBD," katanya.
Dengan peningkatan di sektor-sektor yang lainnya, dalam hal ini pertanian, juga akan mendorong atau menambah perekonomian di Kaltara. Secara kasat mata, sektor perhotelan, perdagangan dan restoran, tetap menjadi sektor dominan dalam pertumbuhan ekonomi di Kaltara pada 2018 mendatang. Selain itu, sektor investasi seperti kontruksi jalan juga menjadi pendorong.
"Karena sekarang ini masih komitmen. Kalau 2018 sudah ada komitmen dari sektor investasi sudah berjalan, maka akan menambah lagi," bebernya.
Ditanyakan apakah transaksi uang dapat menjadi tolak ukur kondisi perekonomian di Kaltara? Hendik menyampaikan bahwa, transaksi yang dilakukan masyarakat tentu dapat menjadi tolak ukur. Sebab, kalau bicara mengenai teorinya, suatu daerah yang berkembang tentu menunjukan alat traksaksi pembayaran. Hanya masalahnya, adalah berkembangnya perekonomian suatu daerah, apakah masih menggunakan jalur kuno, atau tradisional. Dalam artian, melihat daerah itu apakah menggunakan transaksi tunai atau non tunai.
"Tidak mungkin perekonomian berkembang tanpa didukung oleh sistem pembayaran baik tunai dan non tunai yang meningkat. Itu tetap sebagai sarana alat transaksi. Kalau transaksi non tunai sudah digalakkan masyarakat, berarti daerah itu merupakan daerah yang perekonomiannya berkembang," tandasnya.