Bisnis.com, TANJUNG SELOR – Dewan Energi Nasional (DEN) melalui salah satu anggotanya yang berkunjung di Kaltara, Rinaldy Dalimi mengatakan Kalimantan Utara (Kaltara) punya potensi besar untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Menurutnya, peran DEN dalam membuat kebijakan seperti melistriki pedesaan hingga membangun potensi di setiap daerah, telah melihat provinsi termuda ini dari sisi pengembangan EBT.
Dia menyebutkan, potensi air sungai yang dimiliki Kaltara sangat baik untuk peningkatan energi, seperti program Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Sebagaimana yang direncanakan pemprov, bakal membangun mega proyek PLTA Kayan yang bendungannya terletak di Kecamatan Peso, menurut DEN adalah langkah besar yang sangat baik.
“Satu yang bagus di Kaltara adalah potensi air yang cukup besar, bisa mencapai 6.000 megawatt atau lebih. Kalau itu dibangun pemda, dan pemda sudah buat perencanaan, Kaltara akan memproduksi listrik melebihi dari kebutuhannya dan bisa mengirim ke provinsi yang lain,” katanya.
Ia mengungkapkan, pemerintah memang telah menyusun rencana pemenuhan energi sebesar 35.000 megawatt untuk Indonesia.
Baca Juga
Itu tidak termasuk rencana PLTA Kayan di Kaltara yang diproyeksikan bakal menghasilkan hingga 9.000 megawatt.
Menurutnya, secara nasional 35.000 megawatt bukan hal yang luar biasa melainkan kebutuhan yang memang harus dipenuhi.
“Itu 35.000 megawatt PLTA Kaltara belum masuk. Tapi ,mungkin lebih duluan yang di sini selesai, karena industri sudah menyatakan itu. Seperti Inalum dan Aramco itu tidak ada matinya. Listrik ada, orang mau beli sudah ada, investor sudah ada, mungkin duluan selesai Kaltara,” sebutnya.
Selain potensi air menjadi sumber energi, juga potensi energi tenaga matahari.
Menurutnya, melalui kebijakan daerah, bisa membuat kebutuhan energi matahari melalui solar cells lebih murah sehingga orang bisa beralih dari listrik PLN.
“Dari segi teknologi, bukan teknologi yang canggih untuk EBT ini melainkan teknologi sederhana seperti solar cells. Hanya saja dia lebih mahal dari batu bara dan air. Perlu kebijakan disitu, pusat melalui DEN sudah membuat kebijakan, seluruh penerangan jalan kedepan harus solar cells, perkantoran pemerintah ada solar cells, termasuk rumah mewah. Tujuannya, kebutuhan daerah ada, industri berkembang. Kalau listrik solar cell tidak lebih mahal dari listrik PLN, orang sudah pasang sekarang,” bebernya.
Menurutnya, pemanfaatan EBT mulai sekarang harus menjad konsentrasi pemerintah dan daerah. Terlebih menuju tahun 2050, dimana sebagian negara ingin menerapkan 100 persen EBT, Indonesia juga harus siap.
“2050 dalam suatu proses pembangunan energi, itu waktunya dekat. Jadi kalau tidak direncanakan dari sekarang, maka sulit terjadi,” tegasnya.
Selain itu, energi lain juga ada di Kaltara seperti batu bara yang bisa dimanfaatkan sebelum EBT dimaksimalkan. Batu bara di Kaltara cukup besar jika hanya untuk memenuhi kebutuhan energi di lima kabupaten/kota ini.
“Tapi batu bara yang ada di Kaltara ada yang diekspor sehingga belum digunakan di sini. Kaltara ini, kalau gunakan potensi yang ada di daerah bisa berlebih-lebih. Dia punya minyak, gas, ada panas bumi, dan memang yang besar itu batu bara dan air. Memang batu bara tak masuk EBT, tapi berguna sebelum EBT ada,” pungkasnya.