Bisnis.com, BANJARMASIN – Menguatnya nilai tukar mata uang dolar terhadap rupiah membuat pebisnis kain sasirangan ikut terkena imbas. Pasalnya, bahan baku utama untuk membuat kain sasirangan, yakni jenis kain dan pewarna merupakan barang impor.
"Karena impor, harga belinya pun mengalami kenaikan. Kalau dipersentasikan kenaikan harga bahan baku yang harus kami tanggung mencapai 10-15 persen," ucap Owner Caca Sasirangan, Sigit Eko Prabowo, Selasa (9/10/2018).
Kenaikan harga bahan baku bisa membebani karena terjadi saat penurunan daya beli seperti sekarang. Perajin juga tidak bisa serta merta menaikkan harga jual kain sasirangan.
"Dengan harga saat ini saja, kita sangat kesulitan menjual kain sasirangan. Kalau dinaikkan maka tentu bisa makin membuat penurunan persentasi pembelian di pasaran," ungkapnya.
Tidak berbeda, pebisnis kerajinan handmade berbahan kain sasirangan, Nurcahyaningsih Dwi Kurniawati juga mengakui, kenaikan harga bahan baku membuat pihaknya harus memutar otak agar tetap bisa memperoleh keuntungan yang kompetitif.
Ia pun kini lebih banyak memilih mengkreasikan kain sasirangan sisa ketimbang membeli kain sasirangan untuk menjadi berbagai macam kerajinan handmade seperti cincin, kalung, tempat tisu hingga gantungan kunci.
"Kalau memakai kain sasirangan baru kita sekarang cukup kesulitan, karena harganya yang sudah lumayan mahal. Solusinya kita pakai kain sasirangan sisa yang masih bagus agar bisa menghemat biaya produksi," tukas Owner Laningdewe Handmade.