Bisnis.com, BALIKPAPAN – Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan menilai perlu ada kerjasama yang kuat dan prioritas yang tepat sasaran untuk mengembangkan peternakan sapi di kota minyak.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan di daerah Balikpapan, Kalimantan Timur, memang belum banyak klaster peternakan sapi guna memproduksi daging.
Menurut Bimo, karakteristik Balikpapan sebagai kota minyak dengan kontur tanah yang tandus memang membuat daerah ini tidak banyak mengembangkan industri pertanian dan peternakan.
Kondisi ini menjadi salah satu pemicu angka inflasi bahan pokok yang tinggi di Balikpapan. Oleh sebba itu ketika harga minyak melemah, untuk menghindari krisis pemerintah daerah perlu menyusun prioritas anggaran pengembangan peternakan di Balikpapan.
“Hal ini dimungkinkan dan itu dalam masuk Pemprov, Pemkab, Pemkot, kalau tak masuk jadi susah dan Bank Indonesia nanti jalan sendiri tanpa dukungan. Kalau itu program prioritas mereka ada anggaran tinggal dikumpulkan dan dijadikan satu saja,” ujar Bimo kepada Bisnis saat ditemui di Kantor BI Perwakilan Balikpapan, Rabu sore (28/2/2019).
Untuk mengatasi kerentanan tinggi inflasi di Kota Balikpapan, Bimo yang baru pindah tugas dari Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Barat ke Balikpapan ini masih melakukan pemetaan dan komunikasi dengan segenap stakeholder di Balikpapan. Tujuannya, agar pemetaan itu bisa merumuskan alternatif ekonomi baru di tengah harga minyak yang fluktuatif.
Baca Juga
Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Nyi Mas Mirnayanti Jayasari menambahkan industri sapi potong di Balikpapan memang sedikit dibandingkan di beberapa lokasi lain di Kalimantan Timur.
Umumnya sentra produksi sapi ada di Kabupaten Kutai Kertanegara, dan Kabupaten Kutai Barat.
“Umumnya disini pun hanya pemeliharaan sapi secara individu, penggemukan saja untuk konsumsi saat Idul Adha. Namun BI di daerah lain ada yang sudah mengembangkan klaster sapi potong, jadi itu semua kembali ke karakter daerahnya,” terang Mirna.
Sementara itu, Wakil Gubernur Kalimantan Timur Hadi Mulyadi menyatakan dengan keunggulan luas lahan yang besar, Bumi Etam punya potensi besar menjadi lumbung sapi nasional.
Hadi mengatakan pemerintah saat ini mendorong pengembangan kegiatan peternakan melalui program integrasi. Salah satunya dengan kerjasama dengan pihak swasta khususnya pemilik kebun maupun pemilik lahan eks tambang.
"Integrasi sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dan lahan eks tambang batu bara terus dikembangkan. Seluruh kabupaten dan kota potensial untuk program ini. Kita ingin swasta lebih berperan," ungkap Hadi di Ballroom Hotel Selyca Mulia, Rabu (27/2/2019).
Saat ini pembangunan 1.000 miniranch sapi potong yang dimulai tahun ini akan terus dibangun di sentra-sentra peternakan. Oleh sebab itu Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Dadang Sudarya mengemukakan populasi sapi potong meningkat naik 12,18% dari 123.292 ekor menjadi 138.308 ekor.
"Peningkatan populasi ternak sapi dilakukan dengan pola pengembangan kawasan usaha peternakan," ujarnya.