Bisnis.com, PALANGKA RAYA — PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah (Bank Kalteng) berencana melakukan penawaran saham perdana kepada publik di Bursa Efek Indonesia atau initial public offering (IPO) pada akhir 2021 guna meningkatkan kapasitas modal perseroan.
Direktur Utama Bank Kalteng Yayah Diasmono mengatakan bahwa rencana tersebut disiapkan direksi sebagai bagian dari pengembangan bisnis ke depan. Dengan rencana tersebut, Yayah berharap perseroan dapat masuk ke dalam bank kategori BUKU 3. “Akhir 2021 kami rencanakan IPO,” katanya kepada Bisnis, Selasa (21/5/2019).
Bank kategori BUKU 3 adalah bank yang memiliki modal inti paling sedikit Rp5 triliun hingga kurang dari Rp30 triliun. Saat ini, Bank Kalteng masuk ke dalam bank kategori BUKU 2 dengan modal inti Rp1,497 triliun per Maret 2019.
Adapun untuk rencana tahun ini, perseroan menargetkan dapat menghimpun total aset antara Rp9 triliun – Rp10 triliun. Apabila merujuk dari aset per Desember 2018, ada pertumbuhan hingga mencapai 25%.
Selain itu, Bank Kalteng juga berencana meluncurkan layanan digital pada pertengahan tahun ini. Yayah menjelaskan pihaknya sudah dalam proses persiapan untuk meluncurkan layanan ini kepada nasabah. “Juni kami akan luncurkan layanan digital juga,” katanya.
Penguatan layanan tersebut, juga dibarengi dengan penguatan sumber daya manusia perseroan. Perseroan mendatangkan pengajar dari Harvard untuk memberikan pelatihan kepada karyawan selama tiga bulan. “Materi juga dari mereka,” tuturnya.
Perseroan juga diminta oleh pemegang saham untuk meningkatkan protofolio pembiayaan kepada usaha sawit secara selektif, khususnya untuk keperluan peremajaan perkebunan sawit. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2016 ada 1,4 juta hektare kebun sawit di Kalimantan Tengah yang tersebar di 14 Kabupaten/Kota.
Yayah menyebutkan saat ini kontribusi kredit kepada usaha sawit cukup besar bagi penyaluran kredit produktif Bank Kalteng. “Potensinya cukup besar untuk kelapa sawit di sini. Karena itu, kami sasar ke sana,” katanya.
Untuk meminimalkan risiko penyaluran kredit kepada usaha sawit, Yayah mengaku juga membimbing petani untuk mendapatkan pembeli saat panen. Dengan demikian, hasil produksi sawit tetap dapat terserap pasar dan kualitas kredit pun tetap terjaga.