Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Outstanding Loan Gadai di Kalimantan, Hingga Akhir Juli Kaltim Masih Melambat

Porsi outstanding loan atau piutang nasabah dari portofolio gadai hingga akhir Juli ini masih melanjutkan tren perlambatan selama 2 tahun terakhir. Hal itu sejalan dengan tren anjloknya harga komoditas global di Bumi Etam.
Ilustrasi/Jibi
Ilustrasi/Jibi

Bisnis.com, BALIKPAPAN— Porsi outstanding loan atau piutang nasabah dari portofolio gadai di Kaltim hingga akhir Juli ini masih melanjutkan tren perlambatan selama 2 tahun terakhir. Hal itu sejalan dengan tren anjloknya harga komoditas global di Bumi Etam.

Berdasarkan informasi PT Pegadaian (persero) kantor wilayah IV Kalimantan, penurunan tajam portofolio gadai terjadi untuk daerah Balikpapan.

Secara year to date per 27 Juli 2019, porsi outstanding loan (OSL) gadai mengalami penurunan sebesar 1,09 persen di Balikpapan dari posisi akhir tahun senilai Rp462 miliar menjadi Rp457,61 miliar.

Sementara itu di Samarinda juga tumbuh lebih rendah dibandingkan provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan sebesar 2,26 persen menjadi Rp540,62 miliar dari posisi akhir tahun senilai Rp528,69 miliar. Wilayah lainnya Tarakan, Banjarmasin, dan Pontianak justru masih melanjutkan tren pertumbuhan masing-masing sebesar 3,74 persen, 3,65 persen dan 6,36 persen.

Deputi Bisnis Pegadaian Area Balikpapan Asror Maskuri mengatakan, selama 2 tahun belakangan kinerja portofolio produk fidusia dan haji membuahkan hasil lebih baik dibandingkan dengan produk gadai. Selain itu produk leasing juga cukup menopang penurunan kinerja gadai meskipun belum optimal.

Menurutnya, kinerja sektor lainnya yang lebih baik dibandingkan dengan gadai, tidak lepas dari kondisi ekonomi yang cenderung melambat dan bergantung kepada faktor SDM migas sehingga sikap wait and see juga mendominasi pebisnis di Kalimantan Timur.

“Ketika masyarakat sudah punya emas dan aset investasi yang banyak di saat kondisi ini, kalau digadaikan untuk apa? Barulah kalau ekonomi berkembang, aset bisa digadaikan untuk bisnis lagi,” kata Asror kepada Bisnis, dikutip Selasa (30/7/2019).

Balikpapan, kata Asror, menjadi wilayah yang paling terdampak perlambatan lantaran hanya menjadi lokasi kantor pendukung perusahaan pertambangan. Lokasi pertambangan tidak berada di wilayah ini, melainkan di luar seperti Sangata, Melak Teggarong. Di sisi lain, pelabuhan laut untuk dermaga barang juga telah dipindahkan ke Samarinda. Kondisi ini mengakibatkan merosotnya aktivitas bisnis di kawasan ini.

Selain itu, ungkap dia, penertiban kontraktor kecil dari pertambangan illegal juga membuat penurunan jumlah nasabah di kawasan ini dengan kembalinya mereka ke daerah asal.

Menurut Asror sebagai wilayah Sumber Daya Alam, Kaltim memang berbeda dengan kawasan Pontianak dan Banjarmasin yang dikenal sebagai kota perdagangan. Ramainya aktivitas bisnis di kedua kawasan ini masih terus berlanjut terutama dengan banyaknya pengusaha asal Pontianak yang berekspansi ke Jakarta.

Tahun ini, pegadaian mengejar target OSL untuk kawasan Kalimantan total senilai Rp3,68 triliun. Rinciannya, Balikpapan senilai Rp766 miliar dengan realisasi sebesar 84,18 persen (year to date) dan Rp785,90 miliar untuk Samarinda yang telah merealisasikan 89,11 persen. Wilayah lainnya seperti di Tarakan senilai Rp602 miliar dan merealisasikan 87,86 persen, Pontianak senilai Rp861 miliar dengan realisasi hingga 87,35 persen, dan Banjarmasin senilai Rp670 miliar dan telah merealisasikan 90,74 persen dari target.

Sementara untuk nasabah aktif, tahun ini ditargetkan sebesar 504.893 dengan rincian 197.276 untuk Blaikpapan, 213.217 untuk samarinda, 194.004 untuk Banjarmasin, 252.424 untuk Pontianak, dan158.211 untuk Tarakan.

“Tahun ini, diharapkan dengan perbaikan ekonomi provinsi setidaknya akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu terhadap pencapaian target,” tekan Asror.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan, saat ini posisi perkembangan Kalimantan Timur secara nasional masih minim atau hanya 4 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi di provinsi Kaltim hingga kuartal I/2019 sudah mulai menunjukkan tren perbaikan hingga mencapai 5,36 persen dipicu performa pertambangan batu bara.

Bimo melanjutkan secara umum, untuk Kalimantan, dominasi sumbangan ekonomi Kaltim mencapai 53,3 persen. Dari struktur perekonomian tersebut, lapangan usaha sektor pertambangan batu bara dan migas sebesar 46,24 persen diikuti industri pengolahan. Hal ini diikuti oleh kegiatan ekspor yang tumbuh 35,97 persen dari produk pertambangan batu bara.

Menurut Bimo memang ada perkembangan kurang menggembirakan di sektor migas yang juga terlihat perananya dari sisi dana bagi hasil. Pada 2019 dana bagi hasil usaha yang akan diterima Kaltim diperkirakan mencapai Rp3,2 triliun atau sekitar 9 persen dari postur APBD. Dibandingkan dengan tahun lalu, proyeksi ini tumbuh 23 persen.

Tapi, lanjut Bimo, jika melihat turunnya realisasi lifting migas, maka DBH yang direncanakan akan berat tercapai pada 2019. Dari data BI, share dari sektor pertambangan migas, juga terus merosot tajam dari 2014 yang turun sebesar 25 persen, menjadi 16,24 persen pada akhir tahun lalu

Kendati demikian, dia mengungkapkan secara jangka pendek Provinsi Kaltim khususnya Balikpapan, diharapkan memperoleh dampak positif saat investasi pengembangan kilang RDMP Balikpapan mencapai puncaknya hingga 2021.

“Investasi RDMP dampak ikutan jasa pendukung pembangunan kilang. Makanan minuman, tambahan pekerjaan cukup banyak. Dengan catatan sifatnya temporary karena begitu pembangunan selesai ya sudah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper