Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merger Bank Danamon dan Bank Nusantara Parahyangan Ditarget Rampung November

Proses merger antara PT Bank Danamon Tbk. Dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. sebagai salah satu syarat kepemilikan tunggal Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) ditargetkan rampung pada November 2019.
Aktivitas layanan perbankan di kantor PT Bank Danamon Indonesia Tbk di Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Aktivitas layanan perbankan di kantor PT Bank Danamon Indonesia Tbk di Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, BALIKPAPAN—Proses merger antara PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. (BBNP) sebagai salah satu syarat kepemilikan tunggal Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) ditargetkan rampung pada November 2019.

Proses peleburan tersebut menjadi syarat untuk mematuhi aturan kepemilikan tunggal. Pasalnya, MUFG Bank telah secara aktif memiliki 40% saham di Bank Danamon sejak 3 Agustus 2018. Di sisi lain, MUFG Bank juga tercatat sebagai pemegang saham pengendali di BNP sejak 2007. MUFG mengakuisisi saham BNP melalui ACOM, Co. Ltd. sebesar 55,41% dan 20% melalui MUFG Bank.

“Sekarang lagi on progress, karena sekarang masih sendiri-sendiri dalam arti secara logo dan operasional. Sudah disetujui operasional melebur efektif pada 1 November 2019,” kata Regional Head Bank Danamon Regional Kalimantan Eka Dinata Kamis (1/8/2019).

Eka menjelaskan sejumlah persoalan masih perlu diselesaikan sebelum keduanya nanti menjadi satu perusahaan, diantaranaya seperti menyamakan sistem jaringan, serta memberikan sosialisasi kepada nasabah, perubahan nomor rekening, serta konsolidasi sejumlah kantor cabang.

Saat ini, ungkapnya belum ada perubahan kultur mendasar sebagai dampak aksi merger tersebut, termasuk perombakan direksi.

“Sekarang fokus merger BNP dlu nanti di awal tahun baru mungkin ada perubahan yang lebih besar dari MUFG,”telannya.

Selain itu, dia juga berharap mampu meningkatkan kinerja pembiayaan yang lebih baik tahun ini. Dia mengatakan bahwa kepemilikan saham mayoritas MUFG di Bank Danamon telah efektif dan disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), termasuk dengan persyaratan meleburnya PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Eka mengungkapkan dengan kepemilikan tunggal dan mayoritas MUFG, perusahaan berharap efek domino dari perluasan mata rantai pembiayaan. Sinergi yang lebih kuat akan terjadi untuk anak usaha di bidang pembiayaan yakni adira. Apalagi MUFG memiliki jaringan kuat dengan perusahaan otomotif asal Jepang seperti Toyota dan Honda.

“Channel MUFG yang luas akan membantu hubungan korporasi dengan perusahaan Jepang. MUFG dekat dengan Toyota Honda sehingga akan membantu pembiayaan di kendaraan roda dua dan empat. Ini akan berdampak banyak kepada hubungan bisnis danamon dengan supplier jepang,” jelasnya Kamis (1/8/2019).

Dia menjelaskan, selain memperkokoh relasi dengan Toyota dan Honda, hubungan yang baik dengan perusahaan Jepang lainnya seperti Charm juga akan membantu pergerakan distributor financing. Hal ini akan membantu pertumbuhan bisnis mata rantai ke level distribusi hingga ritel. Sehingga tidak hanya persoalan sistem dan teknologi tetapi juga daya saing kepada konsumer akan meningkat.

Selama semester I/2019, BDMN mencatatkan pertumbuhan kredit 11% menjadi Rp148 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara dari sisi tabungan giro (CASA) masing-masing sebesar 8% deposito 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Namun laba bersih tercatat senilai Rp1,8 triliun pada semester I/2019 atau turun 10% dibandingkan Rp2,03 triliun pada periode yang sama tahun lalu (y-o-y). Hal ini sebagai dampak besar peningkatan cost of fund.

Dari sisi pertumbuhan portofolio kredit, kredit consumer mortgage tumbuh 28% menjadi Rp8,8 triliun.Sementara kredit di segmen enterprise banking yang terdiri dari segmen perbankan korporasi, perbankan komersial, dan institusi keuangan naik 15% menjadi Rp44,3 triliun. Perbankan UKM juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 15% dari tahun sebelumnya menjadi Rp35,0 triliun.

Pembiayaan Adira Finance juga tumbuh 12% (y-o-y) menjadi Rp 53,9 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) juga tercatat positif di angka 3,2%, turun 0,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper