Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Penerimaan bea dan cukai Provinsi Kalimantan Timur diyakini bisa mencapai target tahun ini dengan indikator gejolak ekonomi yang lebih membaik dibandingkan dengan tahun lalu serta pertumbuhan ekonomi yang lebih positif.
Aktivitas pertambangan di kawasan ini sudah menunjukkan pola yang lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang selama ini menjadi penyebab sulitnya merealisasikan target akibat minusnya pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data DJBC Kalbagtim per akhir Juli 2019, realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar dan cukai mencapai 57,61% atau senilai lebih dari Rp396 miliar dari total target yang ditetapkan tahun ini senilai Rp275 miliar. Realisasi ini berhasil melampaui target pada 2018 senilai Rp509 miliar.
Rinciannya penerimaan bea masuk telah mencapai 54,76% setara eangan Rp379 miliar dari target senilai Rp668 miliar. Selanjutnya penerimaan dari bea keluar mencapai Rp16,8 miliar atau 88,17% dari target senilai Rp19 miliar. Sisanya cukai senilai Rp275 juta atau sebesar 39,70% dari Rp693 juta.
Dengan demikian total pajak dan penerimaan hingga periode Juli 2019 masing-masing mencapai Rp2,19 triliun dan Rp2,5 triliun.
Kepala Bidang Fasilitas Kepabean dan Cukai Kalbagtim Erwindra mengatakan, penyumbang untuk bea masuk masih dari alat berat, spare part mesin, dan minyak bumi. Sementara untuk bea keluar ekspor dari CPO, dan kayu lapis. Dia mencatat, khususnya untuk batu bara dan pupuk tidak dipungut bea keluar karena ada kebijakan khusus.
Dia menjelaskan, untuk proyek-proyek seperti kilang Balikpapan yang tergolong berguna bagi negara atau berdampak pada pembangunan negara juga tidak akan dikenai. Lantaran mengacu pada kemudahan berinvestasi yang digenjot Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
“Kalau dari realisasi target, seharusnya bisa dicapai. Strategi kami adalah untuk meningkatkan layanan dalam mempercepat dokumen pemeriksaan dan pengeluaran di pelabuhan barang untuk mengejar target akhir tahun ini,” jelasnya Minggu (11/8/2019).
Sementara itu, Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur pada Juni 2019 mencapai US$1,35 miliar atau turun 4,16 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada Mei 2019. Sementara itu, apabila dibandingkan dengan Juni 2018 (year-on-year), ekspor turun 17,79 persen.
Nilai ekspor barang migas Juni 2019 mencapai US$0,15 miliar atau turun 3,66 persen dibandingkan dengan Mei 2019. Adapun ekspor barang non migas Juni 2019 mencapai US$ 1,20 miliar, turun 4,23 persen dibanding Mei 2019.
Secara kumulatif nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur periode Januari-Juni 2019 mencapai US$ 8,23 miliar atau turun 8,82 persen dibanding periode yang sama pada 2018.
Dari seluruh ekspor periode Januari-Juni 2019, ekspor barang migas mencapai US$ 1,03 miliar atau turun 37,81 persen dan barang non migas mencapai US$ 7,20 miliar atau turun sebesar 2,29 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi ekonomi Kalimantan Timur Triwulan II/2019 terhadap Triwulan I/2018 tumbuh sebesar 5,43 persen (y-on-y), lebih tinggi dibanding capaian Triwulan II-2018 yang tumbuh sebesar 1,92 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi secara y-on-y dicapai oleh Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh sebesar 8,97 persen. Dari sisi Pengeluaran, Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen Ekspor Luar Negeri yang mencapai 8,94 persen.
Secara kuartalan, ekonomi Kaltim tumbuh sebesar 0,14 persen, diddukung dari sisi pertumbuhan tertinggi produksi oleh Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang tumbuh sebesar 5,00 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 29,31 persen