Bisnis.com, BALIKPAPAN— Proyek pembangunan dan pengolahan Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan diharapkan bisa menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi kota minyak selama jangka waktu 5 tahun mendatang.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan, aktivitas itu tetap memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Namun sayangnya, program pengolahan minyak tersebut menggunakan bahan baku impor yang proses eksploitasinya dilakukan di luar negri.
“Tetap memberikan kontribusi, tetapi apa yang dilakukan RDMP pengolahan minyak tapi bahan bakunya impor minyak mentahanya luar negri. Akan beda kalau eksploitasinya juga berasal dari sini. Dampaknya akan lebih meluas,” Katanya Senin (19/8/2019).
Selama ini kegiatan yang berkaitan dengan minyak dan gas bumi memang menjadi salah satu faktor pemberat yang bisa menyeret pertumbuhan ekonomi kota Balikpapan ke level lebih rendah. Tanpa memasukkan faktor tersebut, pertumbuhan ekonomi Balikpapan sebetulnya bisa lebih tinggi karena sedang berada dalam masa pemulihan.
Kondisi itu dikarenakan makin minimnya kegiatan eksploitasi lepas pantai dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tentunya hal inilah yang diproyeksikan bisa menjadi faktor penyebab kontraksi.
“Kalau nggak ada migas kita masih dalam ekspansi. Tapi kalau dimasukkan migasnya mungkin bisa ikut terseret,” imbuhnya,
Di sisi lain, Bimo menilai aktivitas tambang batubara selama semester I/2019 lebih baik dari sisi produksi. Hal itu bisa menjadi katalis positif untuk Balikpapan, utamanya meningkatnya kegiatan persewaan alat-alat berat, juga konsumsi dari hasil tambang yang membelanjakan uangnya di Balikpapan.