Bisnis.com, BALIKPAPAN — Pemerintah provinsi Kalimantan Timur menggali potensi ekspor sumber daya alam (SDA) terbarukan seperti sayuran dan buah-buahan untuk menggeser porsi SDA tak terbarukan di sektor tambang dan batubara.
Balai Karantina Pertanian Kelas I Abdul Rahman mengatakan bahwa dorongan ini berasal dari pusat. Saat ini dia menemukan adanya potensi sejumlah komoditas pangan yang memiliki nilai ekspor tinggidengan tingginya produksi tiap tahun yakni pisang kepok dan tanaman porang.
Dia menyebutkan bahwa selama 3 tahun lalu tingginya produksi pisang kepok kurang optimal lantaran mengalami kesulitan dalam memasarkan kelebihannya. Namun kini, bumi etam telah membuka peluang ekspor pisang kepok ke Malaysia karena tingkat pasokan di Malaysia masih jauh dari tingkat permintaan pasar.
Menurutnya, produksi pisang kepok asal Kaltim cukup tinggi mencapai 97.361 ton dan 60 persen berasal dari Kabupaten Kutai Timur.
“Untuk itu selanjutnya sebagai otoritas karantina, kami menjamin kesehatan dan keamanan buah pisang yang diekspor melalui sertifikat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate (PC) sesuai dengan persyaratan negara tujuan,” katanya, Kamis (19/9).
Senada, Mohammad Amin bin Amri, direktur Seteguhbiz Empire Group, SDN BHD, Malaysia menyebutkan bahwa pihaknya menjajaki Kaltim dengan harapan dapat memenuhi permintaan pasar pisang kepok dan yakin dengan kualitasnya akan laris manis di sana.
Disebutkannya, pada tahap awal, pihaknya membuka permintaan sebesar 150 ton--200 ton per minggu.
“Kami akan membeli per kilogram bukan per sisir. Selanjutnya, kami harap dapat bekerja sama untuk membuat rumah produksi berbagai olahan pisang di Kaltim,” jelasnya.
Dalam hal ini petani di sejumlah daerah sudah menyatakan kesiapannya dalam memasok produksi. Pemmprov Kaltim selanjutnya tinggal memastikan bahwa pasokan berjalan lancar dan berkelanjutan.
Tanaman Porang
Abdul Rahman, menambahkan setelah pisang pihaknya juga melirik tanaman porang dengan potensi ekspor tanaman ini ke Jepang, Tiongkok, dan Vietnam. Dia menjelaskan untuk tiga negara tujuan ekspor tersebut, tingkat konsumsi tanaman ini cukup tinggi sana konsumsinya cukup tinggi.
“Selain itu cara menanamnya sangat mudah. Di negara tujuan, biasanya dikonsumsi untuk obat atau sayur atau makanan sebelum makan berat,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa tanaman ini bisa ditanam di lahan kelapa sawit yang selama ini sukar ditanami kembali.
Dia memperkirakan, nilainya ekspor tanaman ini cukup tinggi apalagi jika nantinya sudah diolah.
“Kalau jual tanaman atau mentahnya sekitar Rp4.000 per kg. Kemudian, yang sudah dikeringkan atau diolah Rp 48.00 per kg. kalau diolah menjadi tepung bisa mencapai Rp100.000,” ujarnya.
Secara teknis dia menjelaskan bahwa masa panen tanaman ini selama 6 bulan. Pada masa tanam awal memerlukan waktu 1 tahun, dan untuk mas panen selama 6 bulan. Cara bercocok tanamnya pun tidka membutuhkan penanganan khusus.
“Kami melihat lahan sawit yang luas di Kaltim bisa kami tanami di area itu. Bagi tanaman kelapa sawit tidak berpengaruh apapun. Jadi bukan hama,”paparnya.
Ia menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan percobaan tanam di area milik Balai Karantina. Pihaknya juga terus memantauprogresnya untuk mendorong pemprov Kaltim melihat peluang itu.
Adapun tanaamn porang memiliki nama latin amarphopallus oncophilus yang merupakan tanaman tropis yang termasuk family bunga bangkai. Tanaman memiliki umbi yang memiliki kandungan glucomanan yang tinggi yang dibutuhkan untuk lem atau perekat serta sebagai bahan makanan
Sebagai informasi, saat ini sektor non migas dan batu bara, kelapa sawit masih menjadi nilai ekspor utama di Kaltim. Nilai ekspor produk ini selama kurun waktu tahun 2018 yang melalui pihaknya telah mencapai 3,64 Triliun rupiah. Selain ke China, komoditas ini diekspor ke Filipina.