Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Kemampuan fasilitasi penting dalam upaya membangun lebih banyak inisiatif model pembangunan hijau di Provinsi Kalimantan Timur.
Manajer Senior Yayasan Konservasi Alam Nusantara untuk Kalimantan Timur Niel Makinuddin mengatakan perubahan Iklim di Kaltim bukanlah isapan jempol belaka.
Data dari Badan Meteorologi dan Klimatologi Balikpapan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun terakhir terjadi peningkatan suhu rata-rata 0,043 C / tahun di Samarinda dan 0,02 C / tahun di Balikpapan.
"Akibat perubahan iklim, di masa yang akan datang jumlah curah Hujan pada periode musim kemarau akan berkurang, sedang pada periode musim hujan terjadi peningkatan," jelasnya Sabtu (23/11/2019)
Selain itu, penurunan curah hujan di musim kemarau akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan peningkatan curah hujan di musim hujan. Kondisi ini akan meningkatkan potensi bahaya kekeringan, kebakaran lahan, dan ketersediaan air bersih selama musim kemarau dimasa mendatang.
Pada musim hujan dengan meningkatnya curah hujan maka banjir akan sering terjadi dengan wilayah yang lebih luas.
Menurutnya,para pihak di Kalimantan Timur, sudah mengantisipasi potensi kejadian iklim ekstrim di masa depan yang terjadi akibat perubahan iklim. Kalimantan Timur sudah menyiapkan sejumlah strategi sejak 2010 dengan nama Kaltim Hijau.
Namun, di penghujung 2019, upaya menuju Kaltim Hijau mengalami banyak percepatan. Selain Kaltim sudah terpilih sebagai provinsi yang akan mendapatkan insentif karbon dari Bank Dunia melalui program Forest Carbon Partnership Facility (FCPF), provinsi ini juga getol mengembangkan inisiatif model melalui pola kolaborasi dalam skema Kesepakatan Pembangunan Hijau (Green Growth Compact).
Saat ini ungkap dia melalui skema Kesepakatan Pembangunan Hijau, sudah terbangun 11 inisiatif model antara lain penurunan emisi melalui skema Forest Carbon Partnership Facility (FCPF); pencapaian target Perhutanan Sosial di Kaltim seluas 660.782 hektare; penguatan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH); pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) untuk koridor orangutan di Bentang Alam Wehea-Kelay; pengembangan kemitraan Delta Mahakam.
Adapula Program Karbon Hutan Berau (PKHB); pengembangan perkebunan berkelanjutan; Program Kampung Iklim; pengendalian kebakaran lahan dan kebun; Program SIGAP Sejahtera; dan Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim kota Balikpapan.