Bisnis.com, BALIKPAPAN — Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mendorong persepsi masyarakat yang lebih positif dalam menghadapi kondisi ekonomi yang melesu.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Balikpapan, Yaser Arafat mengatakan, saat ini kecenderungannya masyarakat masih wait and see. Pasalnya saat ini kondisi global serba tidak menentu. Apalagi di Kaltim ini, sumber kekayaan alam batu bara, migas, dan CPO. Komoditas itu sangat mengandalkan harga acuan. Anjloknya ekonomi global akan menggerus tekonomi daerah.
Dia menjelaskan, saat ini masyarakat dihadapi kondisi ketidakpastian. Hal tersebut dapat dilihat dari penjualan di toko retail yang turun dan hanya di momentum tertentu saja yang naik. Selain itu, masyarakat saat ini lebih memilih membeli kebutuhan primer.
"Properti pun sekarang ada pergeseran penjualan. Kemudian, di Balikpapan, sudah ada beberapa retail yang tutup. Kalau dilihat, kondisi tidak jauh beda dengan tahun ini, daya beli masih sulit untuk masuk kategori baik," jelasnya, Senin (9/12/2019)
Meski demikian Yaser berpendapat bahwa persepsi positif harus terus digiring agar masyarakat yakin dengan kondisi ekonomi saat ini.
"Beri kenyakinan kepada masyarakat. Contohnya, mulai dari buka peluang industri baru, semakin tumbuh industri, tingkat pengangguran turun, kesejahteraan meningkat, daya beli bakal membaik lagi,” imbuhnya.
Konsumsi Melemah
Kepala BPS Kaltim Anggoro Dwitjahyono mengatakan, kendati terjadi penurunan pendapatan, tetapi volume konsumsi barang dan jasa relatif sama dengan kuartal sebelumnya, bahkan sedikit mengalami peningkatan. Dikarenakan adanya libur sekolah, biaya pendidikan dan Hari Raya Idul Adha.
Penurunan alokasi pendapatan rumah tangga untuk tabungan dapat terlihat dari hasil Survei Tendensi Konsumen (STK) yang mencatat sekitar 69 persen responden menyatakan menabung pada periode kali ini. Proporsi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II/2019, dimana 71 persen responden menyatakan melakukan aktivitas menabung. Mayoritas rumah tangga menabung dengan besaran yang relatif sama dengan kuartal lalu.
Pada kuartal III-2019, terjadi deflasi atau penurunan harga dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh besaran inflasi pada triwulan III-2019 sebesar -0,16 persen, sedangkan pada triwulan II-2019 terjadi inflasi sebesar 1,21 persen. Komponen pengaruh inflasi mengindikasikan bahwa inflasi relatif tidak berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat pada triwulan ini, yakni sebesar 100,76.
Namun penurunan harga tersebut tidak diiringi peningkatan volume konsumsi yang cukup signifikan, karena terdapat faktor penurunan pendapatan akhirnya masyarakat cenderung menahan untuk melakukan konsumsi.
Secara umum, tingkat konsumsi di Provinsi Kalimantan Timur pada periode ketiga 2019 relatif sama dibanding dengan triwulan sebelumnya, bahkan cenderung terjadi perlambatan konsumsi. Terlihat dari penurunan angka indeks konsumsi, yaitu dari 125,83 pada kuartal II-2019 menjadi 100,81 di kuartal III-2019.
Adapun kondisi ekonomi konsumen di Provinsi Kalimantan Timur pada Triwulan III/2019 mengalami penurunan yang ditandai dengan besaran nilai Indeks Tendensi Konsumen menjadi 96,27. Penurunan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III/2019 disebabkan oleh penurunan pada komponen pendapatan rumah tangga.
Proyeksi 2020
Kendati diperkirakan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan IV/2019 diperkirakan meningkat dengan nilai ITK sebesar 102,05, di tahun depan kondisi ITK diprediksikan bakal menurun.
Periode akhir ini, BPS memprediksikan ITK Kaltim akan naik karena komponen pendapatan rumah tangga diperkirakan mengalami peningkatan, namun tidak diiringi dengan meningkatnya rencana pembelian barang tahan lama. “Momentum akhir tahun, sudah jelas bakal mendongkrak penjualan,” serunya.
Lebih lanjut, BPS mencatat penurunan ITK di periode ke-3 tahun ini, jika dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, maka terdapat penurunan pada komponen pendapatan rumah tangga pada triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya.
Penurunan pendapatan rumah tangga seiring berakhirnya momen bulan Ramadhan, perayaan Hari Besar Idulfitri serta tidak adanya Tunjangan Hari Raya yang diterima. Pada triwulan II-2019, indeks pendapatan kini sebesar 144,94. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks volume konsumsi yang mencapai 125,83. Sedangkan pada triwulan III-2019, indeks pendapatan kini sebesar 91,96 lebih rendah dibandingkan indeks volume konsumsi yakni sebesar 100,81.