Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangunan Komersial dan Residensial Nganggur, NPL Balikpapan di Atas 5%

Perbankan mewaspadai tingginya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di sektor konstruksi bangunan, komersial, dan residensial yang menjadi faktor utama penyebab NPL di Balikpapan berada di atas ambang batas.

Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Perbankan mewaspadai tingginya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di sektor konstruksi bangunan, komersial, dan residensial yang menjadi faktor utama penyebab NPL di Balikpapan berada di atas ambang batas.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan NPL yang tinggi tersebut terindikasikan dari bangunan ruko atau properti residensial yang kosong.

“NPL sektor tersebut meningkat sampai level 24%. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi ekonomi yang menurun,” jelasnya kepada Bisnis Senin (16/12/2019).

Namun, kata dia, untungnya porsi kredit sektor ini di dalam total kredit di Kalimantan hanya 7%, sehingga masih bisa dikendalikan.

“Baru pada 2019 ini NPL meningkat ke level 5% dari 2018 yang masih di bawah 3%,”imbuhnya.

NPL kota Balikpapan mencapai 5,14% hingga lebih dari kuartal III/2019. Meski demikian, lanjut Bimo dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (y-o-y),tingkat NPL bisa lebih ditekan. Secara komposisi, sektor konstruksi masih menjadipenyumbang besar NPL dengan besaran 24,89%. Disusul jasa sosial sebesar 6,96% dan perdagangan hingga 3,46%.

“Periode yang sama tahun lalu, NPL mencapai 9,23%.Jika dibandingkan dengan kuartal III/2019 sudah mengalami perbaikan dengan sebesar 5,33%," jelasnya.

Berdasarkan data BI perwakilan Balikpapan NPL kota minyak mulai berada di ambang batas pada akhir 2015 menyentuh angka 7,23%.Kondisi tersebut berlanjut pada 2016 yang mampu menembus dua digit di level,10,27%.

Memasuki 2017 NPL hingga triwulan I/2019 menembusdua digit 12,22% hingga puncaknya pada semester I/2017 sebesar 12,30%. Kemudian pada 2018, kendati bisa mulai berkurang, tingkat NPL masih cenderung melebihi ambangbatas, yakni pada triwulan I/2017 mencapai 6,70%.

Tren perbaikan kreditbermasalah terus terjadi terlihat hingga Juni lalu NPL diangka 6,27 persen atau senilai Rp1,5 triliun.

Sementara itu, kredit perbankan tercatat sebesar2,43 persen (yoy) atau senilai Rp25,95 triliun. Melambat dibandingkan bulan September 2019. Perlambatanbersumber dari kredit konsumsi terutama pada kredit untuk perseorangan danpenurunan kredit investasi untuk pengembangan usaha di sektor pertambangan dan perdagangan.

Kredit modal kerja tercatat tumbuh sebesar 14,59%. Dibandingkan kuartal III/2019 mencapai 11,86%.

Selain itu pada Oktober 2018 sebesar 1,54%. Sektor lainnya untuk penyaluran kredit investasi justru kontraksi lebih besar mencapai 12,42% dibandingkan dengan kuartal III/2019 yang mencapai negatif 9,82%.

Selain itu, penyaluran kredit konsumsi memburuk menjadi 3,74% dari triwulan III/2019 yang mampu tumpuh lebih besar 4,01%.

Bimo menjelaskan, kredit pertambangan saat ini mengalami kontraksi hingga 56%. Menurutnya, gairah industri penunjang untuk batu bara di Balikpapan masih belum dirasakan. Selain itu, perbankan memangmasih berhati-hati dalam menyalurkan kredit ke sektor tambang.

“Yang naik atau tumbuh dari industri pengolahanatau manufaktur. Dari kredit yang dikucurkan ke sektor ini mampu tumbuh 10% --12%. Hanya saja dari skala kredit masih kecil,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler