Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Penyerapan CPO ke dalam negeri diprediksikan terjadi pada 2025.
Saat ini, ekspor CPO masih mendominasi, tetapi sejak B20 dikeluarkan hingga B30, perlahan kemandirian industri kelapa sawit akan terwujud.
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan, industri kelapa sawit akan menjadi tonggak baru bagi industri di Indonesia. Pengolahan dalam negeri sejak tahun lalu mulai dikembangkan.
“Di awali dengan B20 saat ini B30. Meski sampai saat ini memang penggunaannya masih pro dan kontra, tapi jalan menuju ke arah BBM CPO sudah terlihat. Saya menjadi tim roadmap kelapa sawit melihat peluang kita agar tidak tergantung ekspor mulai terlihat,” ucapnya.
Kebijakan ini juga didukung keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) No 66 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No.61 tahun 2015 tentang Perhimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Ia mengatakan, tahun depan B30 mulai dijalankan. Kemungkinan saat ini masih dalam tahap penyesuaian semisal harus menyiapkan Depo. Pertamina sudah berkomitmen untuk bahan bakar dari CPO.
Selain B30, rencana membuat bahan bakar lainnya mulai terwujud. ITB yang ditunjuk pemerintah melakukan penelitian bahan bakar dari CPO sudah menemukan teknologinya. Bahkan RON yang diciptakan hingga 120 melebihi Pertamax.
“Setelah B30 bahan bakar untuk dengan RON tinggi akan diciptakan. Teknologi sudah ditemukan. Uji coba juga sudah dilakukan. Tinggal uji pasarnya saja. Kalau sebelumnya B20 sudah digunakan untuk Solar. Selain itu ada green solar. Ini juga dari CPO. Kandungannya bahkan tidak seperti B20 atau B30 yang hanya campuran. Dengan teknologi yang ditemukan pihak ITB, dari CPO jadi bahan bakar yang berkualitas,” terangnya.
Saat ini, konsumsi dalam negeri hanya 15 persen dari total produksi nasional. Ia prediksikan 2020 bisa mencapai 30 persen. Puncaknya di 2025, kuota ekspor hanya 10 persen saja nantinya. Selebihnya, 70 persen untuk bahan bakar, 20 persen untuk minyak goreng dan margarin.
Dengan demikian, meski harga CPO anjlok tidak akan mempengaruhi. Bahkan, nantinya kelapa sawit langsung dambil dari petaninya. Jadi mereka langsung memberikan kepada pengolah yang ditunjuk. Jadi hanya melewati satu pintu. Petani pun tidak akan seperti saat ini.
Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Azmal Ridwan mengatakan, sudah saatnya Indonesia lepas dari cengkraman pihak asing. Banyak pihak asing yang ingin menguasai kelapa sawit di Indonesia.
“Mereka mempermudah impor. Kita masuk, lalu mereka mengolah CPO yang kita impor, lalu menjadikan produk. Dan menjualnya dengan harga lebih tinggi di Indonesia. Ya kita jadi dimanfaatkan. Sekarang kita sudah tahu trik mereka,” terangnya.