Bisnis.com, BALIKPAPAN - Tahun lalu harga batu bara turun 9,1 persen. Pada 2020 diperkirakan juga tetap merosot ke angka 4,1 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Waluyo mengatakan bahwa sebagai salah satu komoditas ekspor utama, Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki tantangan. Terutama dari perekonomian negara yang menjadi tujuan pengiriman.
"Kita harus memonitor perkembangan ekonomi global baik pertumbuhan maupun juga harga komoditasnya. Karena ini berpengaruh pada perekonomian Kalimantan," katanya di Kantor BI Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (17/1/2020).
Perry menjelaskan bahwa ekonomi China yang merupakan tujuan ekspor utama Kaltim sedang tidak baik. Terjadi pelambatan dari 6,2 persen ke 6 persen.
"Tapi ada harapan dari India yang naik dari 5,9 persen jadi 6.6 persen. Tapi resiko 6,6 persen besar karena india terkena masalah di perbankan mereka," jelasnya.
Meski harga batu bara dan ekonomi dunia sedang tidak bagus, Perry menuturkan bahwa ada harapan bagi Kaltim. Industri hilir harus digalakkan.
Relokasi ekspor minyak sawit mentah untuk domestik untuk b20 dan b30 sudah membuktikannya. Meski ada tekanan dari eropa soal ramah lingkungan, Indonesia tidak berpengaruh.
"Tetap hilirisasi dari yang selama ini dilakukan. Sehingga pengembangan kawasan industri dan segala macam diperlukan untuk melakukan hilirisasi," jelasnya.