Bisnis.com, SAMARINDA —Penerapan biodiesel 30 atau B30 bagi pelaku industri pertambangan masih menjadi tantangan. Tingkat campuran kandungan nabati dari kelapa sawit atau Fatty Acid Methyl Ester/FAME yang semula hanya 20 persen kini menjadi 30 persen memiliki efek negatif tinggi. Salah satunya membuat korosi pada mesin.
Presiden Direktur PT ExxonMobil Lubricants indonesia, Syah Reza, mengatakan bahwa para pelaku industri perlu lebih fokus pada kinerja operasional serta turut berpartisipasi dalam mendukung program sumber energi terbarukan.
“Beragam upaya perlu dilakukan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional melalui berbagai inovasi teknis, administrasi, manajemen pengoperasian alat produksi, serta mitigasi risiko,” katanya di Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (27/2/2020).
Reza menjelaskan bahwa Mobil Lubricants Indonesia berkomitmen untuk mendukung perkembangan bisnis para pelaku industri di tanah air, termasuk di sektor pertambangan, melalui berbagai solusi pelumasan yang inovatif.
Komite Teknik Direktorat Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Abdul Rochim menjelaskan bahwa penggunaan biodiesel diakuinya harus dibarengi dengan penanganan yang benar. Oleh karena itu, pemerintah telah membuat petunjuk pemakaian yang harus diikuti.
Baginya, biodiesel memiliki keunggulan dapat diperbarui karena merupakan energi terbarukan. Sementara cadangan minyak fosil yang ada di Indonesia pasti bakal habis.
Baca Juga
“Sementara populasi manusia makin banyak, produksi makin tinggi. Nah solusinya melalui renewable energi ini,” jelasnya.