Bisnis.com, BALIKPAPAN – Harapan warga Kalimantan Timur untuk memiliki moda transportasi kereta semakin jauh. Rusia sebagai investor menghentikan uji kelayakan lahan sebagai tahap awal.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva, mengatakan bahwa Russian Railways (RZD) yang merupakan badan usaha milik negara di negaranya telah menginvestasikan sekitar US$18 juta dalam pengembangan proyek itu.
“Sayangnya, itu berhenti dan salah satu alasannya adalah bahwa rencana ini sebenarnya bersamaan dengan rencana Pemerintah Indonesia untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan,” ujarnya melalui pertemuan virtual dengan wartawan pada Rabu (8/7/2020).
Lyudmila menjelaskan bahwa selain karena lokasi ibu kota negara baru beririsan dengan lokasi pembangunan rel kereta, ada beberapa alasan lain RZD tidak melanjutkannya, tetapi dia tidak memerincinya.
Tetap Ingin Melanjutkan
Meski saat ini terhenti, RZD, menurut Lyudmila Vorobieva, masih ingin melanjutkan kerja sama dengan Indonesia. Bukan hanya itu, Rusia juga siap berkontribusi dalan proyek lainnya. “Sekarang mereka sedang mencari opsi menarik lain yang bisa diterapkan,” kata Lyudmila.
Sebelumnya, PT Kereta Api Borneo (KAB) yang merupakan anak usaha RZD telah mengajukan pengunduran diri dari proyek pembangunan kereta di Bumi Etam.
Izin tersebut sudah disampaikan kepada Pemprov Kalimantan Timur dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Akan tetapi, Pemerintah Indonesia tidak memberikan jawaban karena masih berharap proyek berlanjut.
Kepala Bidang Pengembangan dan Kereta Api Dinas Perhubungan Kaltim, Hasbi, mengatakan bahwa hingga saat ini pemerintah tidak pernah sama sekali menerima hasil kajian uji kelayakan dari Rusia. “Ada saja alasan yang diberikan,” ucapnya.
Di tengah ketidakkejelasan proyek, muncul isu perusahaan jasa konstruksi asal China tertarik dengan pembangunan proyek kereta tersebut. Jika RZD hanya berfokus pada pengangkutan barang, China Railways Liuyuan Group Co Ltd ingin pada kereta multifungsi yang juga bisa membawa penumpang.
Perbedaan fungsi tersebut, kata Hasbi, bakal berbeda dari sisi kajian. “Regulasinya apalagi. Banyak yang harus diurus. Tapi jika China Railways serius, syarat-syarat yang dibutuhkan dijamin keluar cepat. Untuk jalurnya pun nanti mereka yang survei. Seperti apa yang akan disasar mereka. Mereka akan lakukan kajian melewati daerah mana saja dan titik akhirnya di mana.”