Bisnis.com, SAMARINDA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Pemprov Kaltara) membuka kembali perdagangan lintas batas dengan negara Malaysia.
Kepala Disperindagkop Kaltara, Hartono menyatakan pembukaan kegiatan tersebut telah disetujui oleh Indonesia dan Malaysia.
"Alhamdulillah, besok sudah mulai dibuka perdagangan lintas batas, khususnya di Krayan yang berbatasan dengan Bakelalan. ," ujarnya dikutip dari Humas Kaltara, Selasa (9/2/2021).
Baca Juga : Realisasi APBD 2020 Kaltara Capai Rp2,4 triliun |
---|
Hartono mengatakan pembukaan jalur perdagangan lintas batas tersebut telah diupayakan sejak masuknya Surat Bupati Nunukan Nomor P/452/BPPD-II/185.5 pada tanggal 18 Juni 2020 kepada Gubernur Kaltara.
Kemudian, Gubernur Kaltara menindaklanjuti dengan Surat Gubernur kepada Ketua Menteri Sarawak terkait permohonan untuk membuka jalur masuk perbatasan Krayan, Kabupaten Nunukan dengan Sarawak.
Selanjutnya, perdagangan yang melibatkan dua koperasi yaitu Koperasi Mitra Utama Kaltara di Krayan dan Koperasi Bakelalan Lawas Berhad sebagai mitranya tersebut akan memulai penghantaran bahan logistik dari Sarawak ke sempadan Bakelalan dan selanjutnya akan didistribusikan ke Krayan, Kabupaten Nunukan.
Selain bahan sembako, material bangunan juga menjadi komoditas perdagangan lintas batas yang paling ditunggu masyarakat karena kelangkaan bahan bangunan yang terjadi sejak setahun terakhir.
Baca Juga : Ekspor Kalimantan Utara Meningkat 14,63 Persen |
---|
Perdagangan lintas batas sempat terhenti karena pemberlakuan karantina wilayah oleh pemerintah setempat di Malaysia sejak Juni 2020.
Camat Krayan Heberly mengungkapkan distribusi barang dari Bakelalan ke Krayan hanya akan dibuka selama 2,5 hari dan belum diketahui lagi untuk langkah selanjutnya.
"Apapun itu, kami tetap bersyukur dan mengapresiasi upaya Pemkab dan Pemprov yang sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah Malaysia setahun terakhir ini, sehingga besok sudah bisa dilakukan serah terima barang dari Bakelalan ke Krayan," ungkapnya.
Heberly menuturkan sepanjang penutupan jalur perdagangan lintas, material bangunan sangat minim. "Opsi yang terdekat adalah mengambil material dari Malinau dan Tarakan. Harga jual semen dari Malinau ketika sampai di Krayan Rp1,2 juta per sak. Yang dari Tarakan Rp1,350 juta per sak," tuturnya.
Adapun, selama pembatasan setahun terakhir ini, barang yang tersedia berasal dari program SOA (Subsidi Ongkos Angkut) pusat dan dari pelaku-pelaku usaha yang menyediakan barang nonsubsidi termasuk program pemerintah yaitu Jembatan Udara yang sudah beroperasi mulai Januari 2021.
Dia berharap dengan perdagangan lintas batas sembako, BBM, dan material bangunan dari Malaysia, dapat mengatasi persoalan kelangkaan beberapa komoditas kebutuhan masyarakat setempat.
"Dan tahun ini Krayan dapat 82 flight yang dibagi ke Krayan Induk, Krayan Induk, dan Krayan Barat, Krayan Tengah, dan Krayan Selatan," pungkasnya.