Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Nominal transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Provinsi Kalimantan Timur dipastikan meningkat dengan didominasi oleh masyarakat di Kota Samarinda.
Pada Maret 2022, nominal transaksi di Kaltim hampir mencapai Rp 38 miliar atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 36 miliar.
“Transaksi QRIS secara nominal di wilayah Kaltim sebagian besar berasal dari Kota Samarinda dengan porsi 47,35 persen,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur Ricky P Gozali, Jum’at (17/6/2022).
Secara spasial, Ricky menyebutkan Kota Balikpapan menempati urutan kedua terbesar nilai nominal QRIS dengan 34,51 persen, Kota Bontang 4,77 persen, Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 4,47 persen dan Kutai Timur 3,98 persen.
Kemudian, dia menjelaskan dalam rangka perluasan implementasi sistem pembayaran non tunai, Bank Indonesia melaksanakan edukasi/sosialisasi/kampanye elektronifikasi penggunaan QRIS secara masif dan berkelanjutan kepada berbagai lapisan masyarakat.
“Hal ini mendorong peningkatan jumlah pengguna QRIS di Kaltim sehingga mampu menjadi yang tertinggi se-Kalimantan,” jelasnya.
Berdasarkan pangsanya di wilayah Kalimantan, pengguna QRIS di Kaltim memiliki porsi sebesar 37 persen, Kalimantan Barat sebesar 28 persen dan Kalimantan Selatan sebesar 23 persen.
Kemudian, Kalimantan Tengah memiliki porsi sebesar 10 persen dan Kalimantan Utara sebesar 2 persen dari total pengguna QRIS di wilayah Kalimantan.
Adapun, Ricky menuturkan bahwa beberapa upaya Bank Indonesia dalam melaksanakan perluasan penggunaan QRIS pada kuartal I/2022 diantaranya yaitu melalui percepatan digitalisasi pasar dan pusat perbelanjaan.
Digitalisasi di pasar dan pusat perbelanjaan tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) cara, antara lain penerapan e-retribusi, penerapan e-parking, serta penerapan QRIS pada transaksi pedagang/merchant dengan pembeli.
“Bank Indonesia secara proaktif bekerja sama dengan stakeholders terkait, mulai dari Disperindagkop, Dishub dan UPTD Pasar serta pengelola pusat perbelanjaan untuk memastikan terlaksananya digitalisasi pasar tersebut,” pungkasnya.