Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) menyebutkan kinerja ekspor impor Kalimantan Timur Januari hingga November 2022 masih belum maksimal.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan Timur (Disperindagkop UKM Kaltim) Muhammad Sa'duddin menyatakan walaupun terjadi peningkatan ekspor sebesar 50,95 persen namun hal ini juga dibarengi dengan peningkatan impor sebesar 88,46 persen.
“Neraca perdagangan Kalimantan Timur sampai dengan November 2022 menunjukkan surplus sebesar US$ 21,73 miliar, yang mengalami penurunan sebesar 8,31 persen dibandingkan Januari-November 2021,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/1/2023).
Sesuai data Badan Pusat Statistik Kaltim, nilai total ekspor Januari-November 2022 sebesar US$32,99 miliar, naik 50,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2021.
Ekspor terdiri dari ekspor migas sebesar US$2,57 miliar dibandingkan dengan ekspor migas Jan-Nov 2021, atau terjadi peningkatan sebesar 81,38 persen. Untuk total ekspor nonmigas sebesar US$30,42 miliar dibandingkan dengan periode yang sama 2021 turut meningkat sebesar 48,84 persen.
Adapun, nilai impor sampai dengan November 2022 adalah sebesar US$4,82 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 88,46 persen dibandingkan dengan total impor periode yang sama 2021.
Jika dirinci, nilai impor migas Jan-Nov 2022 mencapai US$3,22 miliar, meningkat signifikan sebesar 182,43 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2021.
Untuk nilai impor nonmigas Jan-Nov 2022 senilai US$1,60 miliar atau naik sebesar 12,83 persen dibandingkan dengan 2021.
Dia menambahkan, ekspor nonmigas Kalimantan Timur masih didominasi oleh komoditas batu bara sebesar 76,90 persen, diikuti CPO sebesar 10,76 persen dan di urutan selanjutnya adalah bahan kimia nonorganic sebesar 3,34 persen.
“Kalimantan Timur masih dalam proses panjang untuk mempersiapkan diri terlepas dari ketergantungan terhadap komoditas batu bara,” katanya.
Kemudian, dia menyebutkan peningkatan ekspor nonmigas nonbatu bara menjadi target di tahun 2023, termasuk meningkatkan jumlah UKM ekspor.
Kendati demikian, hambatan yang dihadapi a.l infrastruktur jalan yang masih harus diperbaiki, kurangnya industri pengolahan pendukung berorientasi ekspor, investasi pada industry pengolahan berorientasi ekspor, harga produk UKM yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa, Sumatera dan Sulawesi, dan pemanfaatan bahan baku yang harus dibeli dari luar Kalimantan Timur.
Adapun, dia menuturkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja ekspor yaitu membentuk tim pengembangan ekspor, melakukan misi dagang dalam rangka promosi komoditas dan produk unggulan, benchmarking peningkatan ekspor, business matching.
Kemudian, pameran berorientasi ekspor (Trade Expo Indonesia), peningkatan promosi citra produk Kaltim dan pendampingan bagi UKM Potensial.