Bisnis.com, BALIKPAPAN — Ekspor batu bara Kalimantan Timur (Kaltim) melonjak 33,94 persen dalam basis tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2023.
Menurut Laporan Perekonomian Provinsi Kaltim Mei 2023, hal ini memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan baseline di periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencatatkan rapor merah.
Meningkatnya hasil ekspor ini tampaknya menjadi titik balik setelah capaian rendah di kuartal I/2022 yang ditandai dengan penurunan ekspor batu bara menjadi 43 juta ton, jauh di bawah rata-rata lima tahun sebesar 56,7 juta ton, akibat adanya larangan ekspor.
Menginjak kuartal I/2023, ketiadaan larangan ekspor memungkinkan perusahaan batu bara untuk mengirim kembali produk mereka ke pasar ekspor. Keadaan ini berdampak pada peningkatan ekspor batu bara yang signifikan secara tahunan.
Tak dipungkiri bahwa pasar ekspor batu bara Kaltim mayoritas ditujukan kepada beberapa negara seperti Tiongkok, India, ASEAN, Korea Selatan, dan Jepang. Empat dari lima negara tersebut menunjukkan peningkatan permintaan, kecuali India, yang telah memberikan dorongan tambahan pada kenaikan ekspor batu bara Kaltim.
Dengan Tiongkok sebagai penyerap utama batu bara Kaltim, terjadi suatu peningkatan drastis dengan angka pertumbuhan ekspor mencapai 48,24 persen (yoy) setelah periode kontraksi tipis sebelumnya sebesar 0,15 persen (yoy).
Baca Juga
Angka ekspor ke ASEAN, Korea Selatan dan Jepang juga menunjukkan kenaikan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan pertumbuhan sebesar 26,69 persen (yoy), 81,81 persen (yoy), dan 30,93 persen (yoy).
Capaian ini meningkat signifikan dari angka negatif 8,62 persen (yoy), dan kenaikan moderat 4,07 persen (yoy) dan 11,99 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Di sisi lain, India mengalami perlambatan dalam peningkatan impor batu bara Kaltim, dengan pertumbuhan hanya sebesar 21,79 persen (yoy), turun dari 39,97 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Faktor utama dari fenomena ini adalah harga batu bara yang tetap tinggi, dengan harga batu bara acuan mencapai 288,45 US$/ton, meski turun dari rata-rata harga sebelumnya yang mencapai 347,49 US$/ton.
Harga batu bara yang relatif tinggi dalam beberapa tahun terakhir ini, sejalan dengan kebutuhan batu bara global yang tinggi di tengah disrupsi pasokan energi akibat ketidakstabilan geopolitik.