Bisnis.com, BALIKPAPAN — Bank Indonesia (BI) menyebutkan penyebab utama inflasi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Budi Widihartanto menyatakan inflasi di Benua Etam pada September 2023 tercatat sebesar 0,12 persen (mtm), dengan laju inflasi tahunan 3,07 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 2,49 persen.
“Inflasi bulanan pada periode ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat nasional yang mencatatkan inflasi sebesar 0,19 persen (mtm),” ujarnya yang dikutip dalam keterangan resmi, Selasa (3/10/2023).
Beberapa komoditas yang menyumbang inflasi di Kaltim adalah beras, ikan layang, kacang panjang, jagung manis, dan bensin. Di sisi lain, komoditas angkutan udara mengalami deflasi seiring dengan koordinasi antara TPID Kota Samarinda dengan kementerian terkait untuk penerbangan yang melalui Bandara APT Pranoto Samarinda.
Untuk mengendalikan inflasi di Kaltim, BI bersama dengan tim pengendalian inflasi daerah (TPID) se-Kaltim terus melakukan berbagai upaya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Budi menjelaskan, beberapa program yang telah dilakukan adalah gerakan tanam serentak bersama TNI, penyerahan bantuan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN), digitalisasi klaster cabai dan integrated farming klaster sapi potong, hilirisasi komoditas cabai, pemberdayaan UMKM, edukasi literasi keuangan, pengawasan perbankan, dan gerakan pangan murah.
Baca Juga
Dia menuturkan akan terus berkolaborasi dengan semua pihak dalam menjalankan program pengendalian inflasi melalui strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif) guna pengendalian inflasi, persediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif) guna pengendalian inflasi.
“Melalui inflasi yang terkendali diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur menuju masyarakat yang lebih sejahtera,” pungkasnya.