Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Kota Balikpapan mencatat inflasi bulanan sebesar 0,47% pada Maret 2024.
Meskipun mengalami kenaikan bulanan, inflasi tahunan kota ini tetap dalam batas target inflasi nasional, berada di angka 2,95% year-on-year (yoy), di bawah rata-rata nasional yang tercatat sebesar 3,05% yoy.
“Makanan, minuman, dan tembakau penyumbang inflasi Balikpapan yang mendominasi, seperti beras, ikan layang, cabai rawit, telur ayam ras. Kenaikan harga beras disebabkan oleh faktor pasokan dan permintaan,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI) Balikpapan Robi Ariadi dalam keterangan resmi, Selasa (2/4/2024).
Dia menambahkan, kenaikan harga ini sebagian besar dipicu oleh fluktuasi pasokan dan permintaan yang berkelanjutan.
Sementara itu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga mengalami inflasi bulanan sebesar 0,24% pada Maret, dengan tingkat inflasi tahunan yang lebih tinggi dari Balikpapan, mencapai 3,18% (yoy).
Ini menandai angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi gabungan empat kota di Provinsi Kalimantan Timur.
Baca Juga
Menghadapi momen Idulfitri, Robi menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi tekanan inflasi, termasuk kemungkinan kenaikan tarif internet.
Dia mengungkapkan bahwa Bank Indonesia, bersama dengan pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan dan TPID Kabupaten PPU, telah mengambil langkah-langkah proaktif, termasuk pertemuan tingkat tinggi TPID, Program Umat Peduli Inflasi (UPI), serta inisiatif seperti gelar pangan murah dan Gerakan Tanam Cabai.
“Kami berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2024,” ungkapnya.
Adapun, dia menuturkan bahwa tujuannya adalah untuk menjaga inflasi dalam rentang kendali target inflasi nasional tahun 2024, yaitu sebesar 2,5% ± 1%.