Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pagi-pagi sekali Hasni sudah mempersiapkan bahan-bahan dari pasar untuk dibawa ke lapak jualannya di Kawasan Balikpapan Superblock (BSB). Bersama sang suami, dia menjual gado-gado dan rujak sayur mulai pukul 10.00 WITA hingga sore.
Hasni yang telah mengaku lama menekuni profesinya ini, membuktikan bahwa dagangan yang dia jual selalu ramai pembeli dan tetap buka mesti akhir pekan.
“Justru kalau weekend begini malah yang paling rame. Tapi kemarin berapa kali orang mau beli nggak jadi, karena nggak punya uang cash,” katanya kepada Bisnis, Minggu (21/7/2024).
Kendati demikian, dia mengungkapkan dalam waktu dekat akan mengubah sistem pembayarannya menjadi nontunai karena selama ini belum mengetahui teknis pembuatan dan manfaat kemudahan yang diterima.
“Nggak tau cara bikinnya, dan juga belum punya ATM,” ungkapnya.
Padahal, ketergantungan pada transaksi tunai yang selama ini menjadi momok dalam efisiensi operasional dan pengawasan keuangan dapat dikurangi, salah satunya dengan penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Baca Juga
Pemilik Bloemst Ardana Reswari menyebutkan toko bunganya telah merasakan manfaat dari transaksi digital melalui QRIS sejak 1,5 tahun lalu saat pertama kali mendapatkan tawaran dari salah satu bank.
“Kalau QRIS itu bikin mudah transaksi banget sih. Tinggal scan, terus bebas biaya sama bisa antar bank apa aja bisa,” sebutnya.
Flowerist asal Kota Samarinda ini, menyatakan QRIS sangat membantu efisiensi operasional, sambil memperhatikan pengawasan keuangan.
Menurutnya, setiap transaksi harus diteliti satu per satu, dan jumlah total dari QRIS harus dicocokkan dengan saldo rekening.
“Harus aware juga, bukti payment kadang-kadang ada yang dipalsukan kalau nggak teliti. Jadi antisipasinya lebih fokus saat customer nunjukkin bukti bayar, dilihat status transaksi, waktu transaksi, nominal sama rekening tujuan dan kadang izin difoto dulu buktinya,” terang Dana, sapaan akrabnya.
Guna mendukung elektronifikasi yang mendorong penggunaan transaksi digital dan peningkatan keuangan inklusif, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan meluncurkan program sosialisasi terkait perluasan sistem pembayaran non-tunai melalui platform QRIS yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpwbi) Balikpapan Ratna Wardaningsih menyatakan flagship campaign BI dalam rangka perluasan digitalisasi sistem pembayaran dituangkan dalam QRIS Jelajah Indonesia (QJI) 2024.
Dia berharap, kolaborasi antara Bank Indonesia dengan generasi muda yang kreatif dan inovatif dapat memperkuat ekosistem pembayaran yang ditandai dengan meluasnya penerimaan terhadap pembayaran digital di masyarakat.
Perlahan tapi pasti, QRIS terus memperlihatkan pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah pengguna dan merchant QRIS di Bumi Mulawarman yang terus berlanjut meski mengalami perlambatan pada kuartal I/2024.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bank Indonesia Kaltim, jumlah pengguna QRIS tumbuh sebesar 70,35% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan kuartal IV/2023 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 84,76% (yoy) pada kuartal I/2024.
Kendati demikian, jumlah pengguna QRIS tercatat sebanyak 744.469 pengguna atau naik dari kuartal IV/2023 yang hanya mencapai 725.877 pengguna.
Seiring dengan peningkatan jumlah pengguna, jumlah merchant QRIS juga mengalami pertumbuhan.
Jumlah merchant QRIS naik sebesar 36,46% (yoy), meskipun tercatat tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan kuartal IV/2023 yaitu mencapai 37,81% (yoy).
Namun, jumlah merchant naik dari 478.414 merchant pada kuartal IV/2023 menjadi 501.456 merchant pada kuartal I/2024.
Kepala Kpwbi Kaltim Budi Widihartanto menyatakan pertumbuhan yang signifikan ini tak lepas dari berbagai kegiatan yang gencar dilakukan terhadap penggunaan kanal QRIS.
"Pertumbuhan jumlah pengguna QRIS yang tinggi tersebut sejalan dengan berbagai kegiatan sosialisasi, edukasi, dan publikasi yang gencar dilakukan untuk meningkatkan awareness dan minat masyarakat dalam menggunakan kanal QRIS," katanya.
Dari sisi transaksi, Budi menjelaskan baik nominal maupun volume transaksi QRIS menunjukkan tren peningkatan yang stabil.
Pada kuartal I/2024, nominal transaksi QRIS tumbuh 206,36% (yoy) dengan nominal transaksi tercatat sebesar Rp1,68 triliun.
Volume transaksi QRIS juga mencatat pertumbuhan yang positif sebesar 191,21% (yoy), yaitu sebanyak 10,66 juta transaksi atau meningkat dari 7,41 juta transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, meskipun pertumbuhan pengguna dan merchant QRIS menunjukkan perlambatan, angka-angka ini tetap mencerminkan peningkatan yang solid dan menunjukkan potensi QRIS sebagai salah satu kanal pembayaran digital yang semakin diterima oleh masyarakat luas.
Senada, Analis Junior Unit Implementasi Kebijakan SP dan Pengawasan SP-PUR Kpwbi Balikpapan Anantama Kurnia Buana, menyatakan KPwBI Balikpapan ditargetkan mencapai 10,5 juta transaksi, yang meliputi wilayah Balikpapan, Paser, dan Penajam Paser Utara (PPU).
“Pada tahun 2024, BI menargetkan penambahan 55 juta pengguna baru QRIS dan 2,5 miliar transaksi secara nasional. Provinsi Kalimantan Timur ditargetkan untuk menyumbang 65.000 pengguna baru,” katanya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Mulawarman Hairul menyebutkan, sosialisasi keuangan digital, khususnya QRIS harus menyentuh semua lapisan masyarakat, mengingat perkembangan teknologi yang sudah tak terelakkan di zaman ini.
“Mungkin bisa dimulai dari anak-anak sekolah. Ada pengguna yang concern pada keamanan, tapi kan entry point-nya disana,” sebut Hairul.
Menurutnya, keunggulan QRIS dapat memenuhi kebutuhan transaksi yang beragam seperti, dapat melayani semua pembayaran.
Selain itu, dia menyebutkan manfaat lain QRIS adalah bisa mencatatkan manajemen keuangan yang lebih baik untuk UMKM, khususnya terkait dengan pencatatan pengeluaran.
“Dengan adanya QRIS mereka bisa memantau setiap belanja untuk kebutuhan bahan, misalnya,” kata Hairul.
Adapun, dia menuturkan bahwa keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, perbankan, media hingga akademisi perlu terus dilakukan guna mendorong keuangan digital secara inklusif dengan sasaran yang jelas, seperti anak-anak sekolah, atau pelaku UMKM.