Bisnis.com, JAKARTA—Kemajuan teknologi membuka akses tanpa batas sehingga memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat, mulai dari adat istiadat, bahasa daerah, hingga kesenian tradisional. Kehadiran teknologi dapat membuka akses untuk menghadirkan kunjungan pariwisata ke masing-masing daerah.
Misalnya saja Festival Erau di Kabupaten Kutai Kartanegara. Festival Erau adalah perayaan budaya tahunan yang diselenggarakan di Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Festival ini memiliki sejarah panjang yang berakar pada tradisi Kerajaan Kutai Kartanegara, kerajaan tertua di Indonesia.
Erau, yang berasal dari bahasa Kutai "eroh" yang berarti ramai, riuh, suasana penuh suka cita, berlangsung selama seminggu penuh. Selama festival, kota Tenggarong berubah menjadi panggung besar yang memamerkan kekayaan budaya Kutai dan suku-suku lain di Kalimantan Timur.
Pembukaan festival ditandai dengan upacara Beluluh, sebuah ritual penyucian diri yang dilakukan oleh Sultan Kutai Kartanegara. Dalam upacara ini, Sultan dimandikan dengan air suci dan ramuan tradisional, melambangkan penyucian diri dan permohonan restu kepada para leluhur.
Salah satu acara utama festival adalah parade air di Sungai Mahakam. Perahu-perahu hias yang didekorasi dengan warna-warni kain dan ornamen tradisional berlayar di sepanjang sungai, menciptakan pemandangan yang memukau. Parade ini tidak hanya indah dipandang, tetapi juga melambangkan pentingnya Sungai Mahakam dalam kehidupan masyarakat Kutai.
Tarian tradisional menjadi bagian integral dari Festival Erau. Tarian Begelar, misalnya, menampilkan para penari dalam balutan pakaian adat yang mewah, menarikan gerakan-gerakan yang menggambarkan kisah-kisah heroik dari sejarah Kerajaan Kutai. Selain itu, ada juga pertunjukan Mamanda, sebuah teater tradisional yang menggabungkan unsur tari, musik, dan cerita rakyat.
Prosesi Bepelas merupakan salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu. Dalam prosesi ini, patung-patung naga raksasa dan berbagai simbol kerajaan diarak mengelilingi kota sebelum akhirnya dilarung ke Sungai Mahakam. Ribuan orang berpartisipasi dalam arak-arakan ini, menciptakan suasana meriah dan penuh semangat.
Festival Erau juga menjadi ajang untuk memperkenalkan musik tradisional Kutai. Pertunjukan Tingkilan, sebuah ansambel musik yang terdiri dari gambus, ketipung, dan biola, menghibur pengunjung dengan melodi-melodi khas Kutai. Para penyanyi melantunkan syair-syair kuno dalam bahasa Kutai, menjaga kelestarian sastra lisan daerah.
Selain acara-acara tradisional, Festival Erau juga menyelenggarakan pameran kerajinan tangan, kuliner khas Kalimantan Timur, dan berbagai lomba yang berkaitan dengan budaya Kutai. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk lebih mengenal dan mengapresiasi kekayaan budaya daerah.
Festival Erau bukan hanya sebuah perayaan budaya, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan bagi Kutai Kartanegara. Selama festival berlangsung, kunjungan wisatawan meningkat pesat, memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Sebelum ada internet, promosi Festival Erau hanya terbatas dilakukan di wilayah Kutai Kartanegara atau paling jauh Samarinda, Balikpapan hingga Bontang. Sekarang, pengunjung Erau bahkan sudah berasal dari mancanegara. “Melalui festival ini, semua unsur masyarakat dapat menyaksikan tentang kekayaan dan beraneka ragam budaya Nusantara sehingga pemerintah dan berbagai pihak dapat menjalin hubungan harmonis antarsuku,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Sunggono.
View this post on Instagram
Salah satu kemudahan akses internet menjadi mudah adalah dengan hadirnya infrastruktur internet yang dikoordinasikan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kominfo. Penyediaan jaringan telekomunikasi dilakukan melalui jaringan satelit, fiber optik dan Base Transceiver Station (BTS) 4G. Kementerian Kominfo bersama ekosistem digital telah berhasil meningkatkan penetrasi internet di Indonesia dari 34,9 persen pada 2014 menjadi 79,50% dari total populasi penduduk.
Selain itu, kehadiran infrastruktur telekomunikasi ini juga dapat merekam warisan budaya yang ada. Ribuan manuskrip kuno dan dokumenn sejarah didigitalisasi melalui Khastara, Khasanah Naskah Nusantara, sehingga memungkinkan masyarakat mengunduh dan membaca naskah-naskah kuno secara gratis. Termasuk pengalihan naskah kuno ke dalam format komik dan buku digital untuk menarik minat generasi muda.
Bakti Kominfo menerapkan pendekatan holistik yang meliputi pelatihan dan pemberdayaan masyarakat lokal, terutama generasi muda, dalam menggunakan teknologi untuk melestarikan budaya mereka.
Integrasi teknologi dan kearifan lokal telah membawa berbagai dampak positif. Terjadi peningkatan ekonomi lokal melalui promosi budaya digital, dengan desa-desa wisata kini bisa memasarkan potensi mereka ke pasar yang lebih luas. Selain itu, terjadi peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, misalnya melalui penggunaan aplikasi berbasis kearifan lokal untuk edukasi kesehatan tradisional.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Fadhilah Mathar mengatakan digitalisasi merupakan komponen krusial dalam pembangunan nasional. Menurutnya infrastruktur digital, termasuk jaringan internet pita lebar, menjadi tulang punggung yang mendukung transformasi di berbagai sektor.
"Digitalisasi memungkinkan kita untuk lebih efisien dan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat, termasuk di daerah terpencil," ujarnya
Merawat kearifan lokal di era digital membutuhkan pendekatan inovatif yang melibatkan pemanfaatan teknologi dan upaya kolaboratif. Dengan memperkuat kearifan lokal, identitas budaya dapat dipertahankan.