Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tujuh Merek Beras di Kaltim Gagal Uji Standar, Indikasi Oplosan?

Tujuh merek beras di Kaltim gagal uji standar mutu, namun dijual di atas HET. Indikasi beras oplosan?
Ilustrasi pedagang menata beras di salah satu agen beras. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi pedagang menata beras di salah satu agen beras. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, BALIKPAPAN — Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (DPPKUKM) Kalimantan Timur mengungkap fakta mengejutkan dalam hasil pengujian laboratorium terhadap tujuh sampel beras yang beredar di pasaran. 

Kepala DPPKUKM Kaltim, Heni Purwaningsih menyatakan sebagian besar produk tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan, sementara harga jualnya justru melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku.

Dari ketujuh merek yang diuji, seperti Bondy, Putri Koki, Ikan Sembilang, Raja Lele, Sedap Wangi, Berlian Batu Mulia, dan 35 Rahma mayoritas menunjukkan parameter kualitas yang tidak sesuai standar. 

"Kami mengambil 17 sampel beras dari dua kota, yaitu Samarinda dan Balikpapan. Hingga kini, hasil laboratorium dari tujuh sampel sudah keluar," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (5/8/2025).

Heni mencontohkan merek Sedap Wangi, ditemukan ketidaksesuaian pada butir kepala, butir patah, menir, butir kuning, serta kandungan kapurnya

Tidak hanya soal kualitas, dia mengatakan masalah harga juga menjadi sorotan serius. 

Berdasarkan hasil pemantauan di berbagai titik penjualan, mulai dari swalayan, pasar tradisional, hingga toko beras di Samarinda dan Balikpapan, dimana praktik penjualan di atas HET terjadi secara masif.

"Hanya dua merek yang dijual sesuai dengan HET, yakni Rp15.400 per kilogram. Sisanya dijual di atas HET, dengan selisih harga mulai dari Rp600 hingga Rp2.200," terang Heni. 

Konsekuensinya, masyarakat tidak hanya membayar lebih mahal, tetapi juga mengonsumsi produk dengan kualitas di bawah standar.

Kemudian, Heni menegaskan pihaknya akan memperketat pengawasan guna melindungi hak-hak konsumen sekaligus menjaga stabilitas pasar beras di wilayah setempat.

Kendati demikian, dia menuturkan tantangan yang dihadapi tidaklah sederhana. 

Dengan ribuan titik penjualan yang tersebar, pengawasan menyeluruh memerlukan koordinasi lintas sektor dan peningkatan kapasitas pengujian laboratorium.

"Kami mengimbau konsumen agar selalu memeriksa label dan informasi mutu yang tercantum pada kemasan, agar mengetahui kualitas beras yang akan dibeli," paparnya.

Adapun, dia menuturkan hasil pengujian sepuluh sampel beras lainnya masih dalam proses laboratorium dan diperkirakan akan  dirilis dalam waktu dekat. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro