Bisnis.com, SAMARINDA - Istri dan anak dari Misman (55 tahun), Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah, ikut terjun ke Sungai Karang Mumus, Samarinda, Kalimantan Timur.
Mereka ikut turun ke sungai untuk memungut sampah, baik sampah yang hanyut maupun yang berserakan di pinggir sungai.
"Saya tidak pernah mengajak, tetapi istri dan anak saya mungkin kasihan atau mungkin tersentuh, karena setiap hari melihat saya memungut sampah," ujar Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) Sungai Karang Mumus, Misman, belum lama ini.
Menurut Misman, istrinya memang sudah sejak beberapa bulan lalu sering membantu dirinya memungut sampah di Sungai Karang Mumus, baik ketika belum memiliki perahu, sampai kemudian mendapat sumbangan perahu dari orang yang peduli dengan gerakan tersebut.
Sedangkan anaknya, Ewin (25 tahun), baru beberapa hari terakhir membantunya memungut sampah di Sungai Karang mumus, karena sejak belasan tahun terakhir Ewin memang sekolah di Yogyakarta dan kini mengajar tari di Kota Gudeg tersebut.
"Papa sering cerita melalui telepon tentang aktivitasnya memungut sampah di SKM. Saya juga sering lihat foto-foto papa melalui media sosial. Waktu di Yogya, saya memang sudah janji, jika sampai di Samarinda akan ikut memungut sampah di SKM supaya warga sadar bahwa SKM harus dipelihara, bukan dijadikan tempat pembuangan sampah," kata Ewin.
Sementara itu, Retno Sasongko UC, istri Misman, pada hari-hari tertentu ketika sedang tidak mengajar selalu menyampatkan diri menemani suaminya memungut sampah, bahkan juga bersama kelompoknya berinisiatif memungut sampah.
Apalagi libur panjang seperti mendekati Natal dan Tahun Baru ini, hampir tiap hari ia bersama anaknya yang juga sedang liburan, memanfaatkan waktu menggunakan perahu guna memungut sampah di SKM.
"Aku dan Ewin terkadang terlalu semangat ketika menemukan banyak sampah yang hanyut maupun yang tersangkut di tiang. Kami langsung menaikkan ke perahu. Jika perahu sudah penuh. Angkut dulu ke pinggir, kemudian dayung lagi mencari sampah," kata Retno, yang kesehariannya sebagai guru di salah satu SD di Samarinda.
Melalui aksi tersebut, mereka berharap dapat menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah di SKM, karena sungai sesungguhnya anugerah Tuhan yang harus dipelihara, bukan dijadikan tong sampah terpanjang di dunia.