Bisnis.com, PONTIANAK - Peristiwa gerhana matahari total (GMT) yang melintasi hampir sebagian besar kota di Tanah Air menjadi momentum yang tidak mau ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat Indonesia.
Hal yang sama juga dirasakan warga Kota Pontianak yang menanti peristiwa langka tersebut, seperti ungkapan Dorothea, ibu rumah tangga yang menunggu bulan menutup sinar matahari, sebelum pukul 06.00 Wib.
"Mataharinya tidak tampak, awan mendung mungkin karena tadi malam hujan. Saya lihat televisi yang siaran langsung, saya langsung keluar rumah dan langit seperti maghrib," kata Dorothea, Rabu (9/3).
Setelah itu, kata dia, langit pagi hari kembali cerah kala jarum jam menuju pukul 07.30 Wib. Dia sedikit kecewa karena sebelumnya, awan mendung menutupi matahari.
Momen menegangkan justru dialami seorang fotografer media cetak yang ingin mengejar munculnya gerhana matahari dari menara mesjid Mujahiddin Pontianak.
"Saya lari bolak-balik menara mesjid dan ketiga kalinya di atas menara gerhana itu muncul. Hasilnya dapat, dari kamera saya," kata Meidy Khadafi.
Dia bahkan menyiapkan filter khusus untuk lensa kamera DSLR miliknya yang terbuat dari film rontgen dan sekaligus melapisi kacamata hitam supaya bisa memotret fenomena alam tersebut.
Warga Kota Pontianak lainnya, Aris Munandar menyambut antusias kehadiran gerhana matahari di lokasi pengamatan halaman mesjid Mujahidin, kendati gerhana matahari terjadi hanya 93% berdasarkan penelitian ilmuwan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan).
"Ramai sekali warga di sana (mesjid Mujahidin) yang mau menyaksikan GMT sampai halaman parkir dipenuhi motor dan mobil," tuturnya yang sejak pagi hari sebelum pukul 06.00 WIB, berada di lokasi pantauan.