Bisnis.com, PONTIANAK - Bank Indonesia memprediksi perekonomian Kalimantan Barat mengalami pertumbuhan terbatas pada kisaran 4,64% hingga 5,21% secara year on year (y-o-y) atau lebih tinggi sedikit dari kisaran proyeksi sebelumnya.
Kepala Perwakilan BI Kalbar Dwi Suslamanto mengatakan, perbaikan perekonomian daerah ini bersumber dari permintaan kinerja ekspor komoditas mineral alumina.
"Selain itu, dari sisi permintaan lainnya tetap terjaga konsumsi rumah tangga seiring berbagai perayaan keagamaan," kata Dwi kepada Bisnis, akhir minggu lalu.
Dwi mengingatkan, kendati perekonomian Kalbar diprediksi tumbuh tetapi tetap perlu disadari pertumbuhan harus bermutu, seimbang, inklusif, dan berkesinambungan.
Pengertiannya, kata dia, pertumbuhan yang seimbang berarti inflasi terjaga rendah dan stabil. Antara postur penyumbang pertumbuhan tidak hanya didominasi komponen konsumsi.
"Pertumbuhan yang inklusif, berarti tumbuh merata di seluruh segmen pendapatan penduduk sehingga mampu menurunkan ketimpangan perekonomian."
Menurutnya, pertumbuhan berkesinambungan berarti pertumbuhan stabil dan tidak sensitif terhadap goncangan eksternal.
"Contohnya, nilai ekspor Kalbar sangat rentan terhadap perubahan harga internasional komoditas mentah."
Solusinya, dengan menciptakan sumber pendapatan alternatif seperti pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku kayu lapis. Solusi tersebut sebagai antisipasi jangka pendek.
Sementara dalam jangka panjang, tambahnya, mendorong terus tercipta industri hilir yang didukung oleh penguasaan teknologi terbaru dan pencetakan tenaga terampil.
"Pertumbuhan berkesinambungan juga harus memperhatikan sumber-sumber ekonomi yang berwawasan lingkungan, pengembangan ekowisata dan penggunaan sumber daya terbarukan."