Program Ketahanan Pangan
Untuk mendukung program ketahanan pangan, lanjutnya, program kelapa sawit ini memang perlu diintegrasikan program 2 juta ekor sapi sebesar 84,7% dari luas areal lahan perkebunan kelapa sawit
"Peningkatan ketahanan pangan di Kaltim juga akan didorong dengan upaya diversifikasi perkebunan melalui pengembangan sistem pertanian berbasis kelapa sawit dan karet dengan cara pengembangan tumpang sari tanam insentif padi, jagung dan lain-lain pada periode tanam sawit atau karet yang belum menghasilkan," ucapnya.
Menurutnya, produk kelapa sawit berupa Crude Palm Oil (CPO) merupakan industri strategis bagi perekonomian Kaltim saat ini maupun di masa depan.
"Disebut sebagai industri strategis karena memiliki kontribusi minyak sawit yang cukup besar baik dalam ekspor non migas, penciptaan lapangan kerja, pembangunan daerah pedesaan, dan pengurangan kemiskinan, serta merupakan bagian penting di dalam sistem kedaulatan energi nasional," kata Etnawati.
Terlebih lagi, Kaltim memiliki Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 85 tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) yang mempertegas posisi Bumi Mulawarman sebagai pusat industri hilir berbasis CPO.
"Ini perlu didorong dan dioptimalkan industri berbasis CPO seperti pabrik minyak goreng dan industri lainnya," ujarnya.
Apalagi, limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit ini perlu didorong pemanfaatannya sebagai pembangkit tenaga listrik khususnya di wilayah pedesaan yang belum teraliri listrik.
"Tentu juga harus mendorong dan melakukan pembinaan dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit seperti cangkang, pelepah dan lain sebagainya untuk berbagai keperluan," ucap Etnawati.