Bisnis.com, SAMARINDA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyoroti lanskap ketenagakerjaan Indonesia kini yang didominasi oleh pekerja informal.
Pergeseran investasi ke sektor padat modal yang minim serapan tenaga kerja ditengarai menjadi biang keladi fenomena ini.
Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menyatakan permasalahan mendasar terletak pada penciptaan lapangan kerja formal yang kian menyusut.
"Setiap Rp1 triliun investasi saat ini hanya mampu menyerap sekitar seperempat tenaga kerja dibandingkan satu dekade lalu," ujarnya usai menghadiri Konvensi Nasional Kelima Profesional dan Usahawan Katolik (Pukat) di Samarinda, dikutip pada Senin (12/5/2025).
Akibatnya, kebutuhan sekitar tiga juta lapangan kerja baru setiap tahun masih jauh dari harapan, di mana masih banyak angkatan kerja masuk ke sektor informal seperti pekerja lepas (gig workers) atau paruh waktu.
Berdasarkan data BPS, pekerja informal pada Agustus 2024 tercatat sebanyak 83,83 juta orang atau 57,95% dari total penduduk bekerja. Dengan demikian, proporsinya masih lebih besar dibanding pekerja formal pada Agustus 2024 yang sebanyak 42,05%.
Baca Juga
Kendati begitu, proporsi pekerja informal mengalami penurunan sebesar 1,16% poin jika dibandingkan Agustus 2023 yang tercatat sebesar 59,11%.
Ironisnya, Shinta menyebutkan peralihan ke sektor informal ini tidak diimbangi dengan perlindungan sosial dan ketenagakerjaan yang memadai.
Kendati demikian, dia menjelaskan PHK yang melanda sejumlah perusahaan saat ini, menjadikan para karyawan memilih untuk mencari pekerjaan lain, salah satunya adalah membuka usaha sendiri melalui UMKM.
Lebih jauh, Shinta mengungkapkan Apindo menawarkan program unggulan seperti UMKM Apindo Academy dan UMKM Apindo Merdeka, guna meningkatkan kualitas UMKM yang ada, khususnya di Kaltim.
Adapun, dia menuturkan program ini dirancang melalui kolaborasi sinergis dengan universitas, komunitas UMKM, dan korporasi besar.