BALIKPAPAN-Bank Indonesia optimistis pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Timur akan lebih baik dari realisasi 2016, pada periode tersebut tercatat pertumbuhan kredit mencapai 0,86%.
Adapun nominal realisasi penyaluran kredit sepanjang tahun lalu mencapai Rp67,60 triliun, dengan rasio non performing loan mencapai 7,28%.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Bidang Ekonomi dan Moneter Harry Aginta memproyeksikan keberadaan sejumlah pabrik baru yang akan beroperasi dan proyek pembangunan besar akan mendorong pertumbuhan kredit.
Sepanjang tahun lalu, diakuinya permintaan penyaluran kredit yang bersifat modal kerja memang tumbuh lambat, yakni hanya 1,13% dengan nominal Rp23,77 triliun. Pertumbuhan tertinggi justru tercetak pada kredit konsumtif.
"Pertumbuhan kredit sepanjang tahun lalu memang masih rendah dari rata-rata nasional. Selain karena ekonomi melambat, pihak perbankan juga memang harus berhati-hati agar kualitas kredit terjaga. Tahun ini akan membaik, apalagi harga batu bara berangsur membaik juga," jelasnya, Senin (30/1/2017).
Namun, dia mengimbau agar perbankan tetap selektif dalam penyaluran kredit pada sektor unggulan ini. Sebab harga komoditas ekstraktif itu sangat fluktuatif, sehingga sangat beresiko untuk diandalkan kembali.
Menurutnya, kenaikan harga batu bara sejak akhir tahun lalu pun disebabkan oleh momentum yang belum bisa dianggap permanen, yakni kebijakan pemerintah negara Cina dan berlangsungnya musim dingin.
"Cina kan mengurangi produksinya, jadi pasokan batu bara terbatas, ditambah lagi kemarin musim dingin. Sedangkan kebijakan suatu negara seringkali berubah-ubah, jadi fluktuasi harga pun rentan terjadi," sambungnya.
Apalagi rasio non performing loan gross tertinggi secara sektoral masih berada di sektor pertambangan sebesar 22,68%, dengan nominal kredit berjalan mencapai Rp3,7 triliun.
"Perbankan pasti punya tim analisisnya sendiri yang bisa mengkaji prospek penyaluran kredit pada sektor itu, jadi harus cermat mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga batu bara," ungkapnya.
Lebih lanjut, Harry mengatakan sektor jasa pendidikan dan perikanan mencetak level pertumbuhan kredit tertinggi sepanjang tahun lalu, masing-masing mencapai 41,61% dan 38,79%.
Kendati demikian, nominal kredit berjalan terbesar berada di sektor perdagangan sebesar Rp13,67 triliun, industri pengolahan sebesar Rp7,37 triliun, dan disusul sektor real estate dan jasa perusahaan sebesar Rp4,15 triliun.
"Perbankan adalah bisnis yang mengikuti arus, kalau pertumbuhan kredit pada sektor perikanan dan jasa pendidikan tinggi, berarti kondisi bisnis kedua sektor itu pun sedang bagus," tukasnya.