Bisnis.com, SAMARINDA--Pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2016 lalu negatif 0,38% diakibatkan ekonomi dunia yang menurun pada tahun tersebut.
Sengan begitu berdampak langsung pada ekspor Kaltim yang sebagian besar bergantung ekspor sumber daya alam seperti batubara, minyak dan gas serta sawit.
"Tahun lalu, volume perdagangan dunia menurun dan permintaan komoditas juga turun. Bahkan, harga batubara mencapai titik terendah sampai 50 dollar per metrik ton. Ini membuat ekonomi Kaltim negatif," kata Manager Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI), Rifki Ismail, Selasa (9/5/2017).
Dikatakan Rifki, meski begitu, ekonomi Kaltim dapat tumbuh positif lagi di awal tahun 2017 ini karena terjadinya rebound atau harga komoditas dunia naik kembali. Dan diperkirakan, tahun ini harga market feature komoditas dunia lebih baik dari tahun sebelumnya.
"Sekarang harga minyak dunia naik, karena OPEC memangkas produksinya tahun 2017 yang memberi tekanan supply minyak dunia. Akibatnya, Negara di dunia terutama Cina membutuhkan alternatif energi lain seperti batubara yang harganya per April ini naik sampai 82 dollar metrik ton," kata Rifki.
Data rilis BPS Kaltim menyebut kinerja ekonomi Kaltim triwulan I-2017 terhadap triwulan I-2016 tumbuh sebesar 3,85% (y-on-y). Bila dibandingkan triwulan sebelumnya, ekonomi Kaltim triwulan I-2017 mengalami perlambatan sebesar 0,54% (q-to-q).
Baca Juga
Faktor lain, mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltim terus tumbuh positif tahun ini juga karena meningkatnya permintaan batubara Indonesia ke Cina, dampak dari konflik Korea Selatan dan Korea Utara.
"Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini tumbuh lebih baik 3,4% dibanding tahun 2016 yang hanya terealisasi 3,1%. Ini faktor yang positif bagi ekonomi Kaltim. Ditambah juga membaiknya ekonomi Jepang, India dan Cina dimana juga jadi tujuan ekspor Kaltim," jelas Rifki.
Menurut Rifki, tahun 2017 ini, transformasi ekonomi Kaltim terus berjalan dan sesuai rencana. Hal ini harus terus dijaga pemerintah provinsi Kaltim agar tak melenceng lagi. Dengan mempersiapkan infrastruktur konektivitas seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan pembangkit listrik untuk kebutuhan industri.