Bisnis.com, SAMARINDA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) distribusi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara) menargetkan rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2021 dari posisi saat ini, Agustus 2017, mencapai 88,88%, Kamis (21/9/2017).
Manager Bidang Perencanaan PLN Kaltimra Agung S mengatakan sampai akhir tahun 2017 ini, PLN menargetkan rasio elektrifikasi di Kaltim dan Kaltara capai 90,50%. Kemudian, pada tahun 2018, rasio elektrifikasi bisa meningkat 93,92% dan pada tahun 2019 capai 96,69%.
“Kami targetkan tahun 2021, rasio elektrifikasi Kaltim dan Kaltara capai 100%. Saat ini, di Kaltim masih ada 36 desa belum teraliri listrik dan Kaltara ada 46 desa. Kemudian, ada 342 desa menggunakan listrik non PLN di Kaltim dan ada 225 desa di Kaltara,” kata Agung.
Dikatakan Agung, desa belum teraliri listrik dan ada yang mendapat pasokan listrik non PLN karena kondisi alam yang letak geografisnya sulit terjangkau. Desa yang mendapat listrik non PLN ini ada mendapat bantuan listrik dari Kementerian ESDM dan pemerintah daerah Kabupaten setempat.
“Kami ingin tahun 2018, semua desa teraliri listrik. Walaupun, tidak semua listriknya dari PLN. Tapi, bisa bantuan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan bantuan PLN dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD),” jelas Agung.
Sementara itu, jumlah pelanggan PLN Kaltim dan Kaltara dari rumah tangga sebesar 91,68%. Kemudian, pelanggan PLN untuk bisnis hanya 5,76% dan untuk industri hanya 0,04% serta pelanggan dari pabrik 0,75%. Sedangkan pelanggan PLN untuk sosial sebesar 1,76%.
Baca Juga
“Penjualan listrik terbesar untuk pendapatan PLN berasal dari kota Samarinda. Disusul, kota Balikpapan, Berau, Bontang dan Tarakan. Untuk pertumbuhan pelanggan PLN di Kaltim dan Kaltara sangat luar biasa besar dari tahun 2009 hanya 451.330 menjadi tahun 2017 sebesar 1.009.736 pelanggan,” kata Agung.
Adapun, saat ini PLN Kaltim dan Kaltara secara umum sudah mengalami surplus energi listrik mencapai 131 Mega Watt (MW). Surplus listrik ini diakibatkan sudah masuknya pasokan listrik dari PLTU Teluk Balikpapan 2x110 MW.
“Dengan surplus listrik ini, kami menargetkan industri yang masuk untuk memakai listrik PLN ini. Kami sedang mengajak industri memakai listrik PLN, karena harganya jauh lebih murah. Kalau masih pakai listrik genset per KWH bisa diatas Rp 2000, sedangkan listrik industri dari PLN per KWH kisaran Rp 1200,” kata Agung.
Menurut Agung, harga listrik untuk industri yang murah dari PLN, sudah diatur oleh pemerintah. Hal ini untuk meningkatkan daya saing industri di Indonesia. Ini agar, investor tak lari ke luar negeri seperti Vietnam dan Thailand. Selain itu, industri bila bisa tumbuh maka diharapkan bisa memberi dampak luas bagi iklim peluang tenaga kerja.