Bisnis.com, BALIKPAPAN- Ceceran minyak yang memenuhi perairan Teluk Balikpapan mendapat respon dari kalangan akademisi, seperti dari Mahasiswa Pencinta Alam Planktos Fakultas Perikanan Ilmu Perikanan dan Kelautan, Universitas Mulawarman Samarinda, Kaltim.
Dalam keterangan resminya disebutkan sifat minyak yang sulit menyatu dengan air membuat minyak yang mengapung ini terlihat berwarna hitam. Hal ini sangat berpotensi mengakibatkan terganggunya organisme yang berada pada permukaan perairan.
Berkurangnya intensistas cahaya secara drastis akan menghambat fitoplankton untuk berfotosintesis, dan dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut.
“Maka, secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah tersebut karena terhambatnya pertumbuhan fitoplankton,” jelas Ihsan Hidayat, Ketua Umum Mapala Planktos kepada Bisnis sore tadi.
Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai, akan mengganggu organisme interstitial maupun organime intertidal.
Organisme disebutkan terakhir hidup berada pada daerah pasang surut. Efeknya, adalah ketika minyak tersebut sampai ke pada bibir pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak seperti kepiting, amenon, moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan dapat mengalami kematian. Hal ini tampak jelas terlihat saat ini di sepanjang pantai Balikpapan.
Baca Juga
Adanya lapisan minyak dijelaskan juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.
Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut, lamun dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena dapat mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respires.
Kajian ekosistem ini ini seirama dengan investigasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi. Dari sisi ekosistem tercatat, sepanjang 80 km garis pantai Balikpapan dan Penajam Paser Utara terpapar limbah B3, empat kawasan terumbu karang rusak di Pulau balang, kawasan Jenebora, Tanjung Batu, dan Tanjung Jumpai.
Sementara paparan minyak juga berpotensi terhadap keberlangsungan hidup 17.000 ha manggrove. Adapun lima kawasan Padang Lamun di teluk Balikpapan terancam mati, dan empat jenis mamalia dilindungi terpaksa menjauh dari habitat, yaitu pesut, lumba-lumba hidung botol, lumba-lumba tanpa sirip belakang dan dugong.
Potensi pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove, Ihsan memaparkan minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2.
"Di mana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang."
Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak, sebut dia, juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.
Senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa benzene, touleuna, ethylbenzen, dan isomer xylena, dikenal sebagai BTEX, merupakan komponen utama dalam minyak bumi, bersifat mutagenic dan karsinogenik pada manusia.
“Senyawa ini bersifat rekalsitran, yang artinya sulit mengalami perombakan di alam, baik di air maupun didarat, sehingga hal ini akan mengalami proses biomagnetion pada ikan ataupun pada biota laut lain.”
Bila senyawa aromatic tersebut masuk ke dalam darah, akan diserap oleh jaringan lemak dan akan mengalami oksidasi dalam hati membentuk phenol. Kemudian pada proses berikutnya terjadi reaksi konjugasi membentuk senyawa glucuride yang larut dalam air, kemudian masuk ke ginjal.
Dengan begitu banyaknya potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa tumpahnya minyak di Teluk Balikpapan yang begitu banyak menimbulkan keruskan ekositem pesisir serta lambatnya penanganan dari pihak terkait.
Pihaknya berharap untuk menuntaskan permasalahan ini dan meminta pertanggung jawaban atas kerusakan yang telah di timbulkan. "Kembalikan ekosistem laut kami yang biru bukan yang hitam."