Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penentuan Harga Beras di Balikpapan Terbentur Dilema HET dan Margin Pedagang

Perusda Manuntung Sukses di Balikpapan menghadapi dilema antara menjaga harga beras 10% lebih murah dari pasar dan batas HET yang tidak realistis, sementara pasokan bergantung pada daerah lain.
Stok beras Premium di gerai ritel - BISNIS/Alifian Asmaaysi.
Stok beras Premium di gerai ritel - BISNIS/Alifian Asmaaysi.
Ringkasan Berita
  • Perusda Manuntung Sukses di Balikpapan menghadapi kesulitan menjaga stabilitas pasokan beras lokal karena regulasi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang tidak realistis.
  • Stok beras Perusda tertahan di pabrik akibat ketidakpastian pasokan dan kebijakan pembelian gabah oleh Bulog yang lebih menarik bagi petani dibandingkan menjual ke pabrik swasta.
  • Perusda tetap berkomitmen menjual beras 10% di bawah harga pasar sebagai tanggung jawab sosial meskipun menghadapi berbagai kendala struktural.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, BALIKPAPAN — Perusahaan Daerah (Perusda) Manuntung Sukses, Balikpapan, mengalami jalan berliku dalam upaya menjaga stabilitas pasokan beras lokal. 

Pasalnya komitmen perusahaan untuk menjual lebih murah 10% dari harga pasar justru terbentur pada regulasi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dinilai tidak realistis.

Direktur Perusda Manuntung Sukses, Andi Sangkuru, menyatakan distributor kesulitan memperoleh margin keuntungan ketika harga pembelian dari pabrik sudah menyentuh batas maksimal HET.

"Belinya saja sudah di harga HET, gimana jualnya? Makanya kami masih berkoordinasi dengan Pemkot bagaimana jalan keluarnya. Karena kalau kami mengikuti HET, berarti kami tidak akan bisa menjual," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (6/8/2025). 

Kondisi ini semakin rumit mengingat Perusda memiliki stok beras 1,9 ton yang masih tertahan di pabrik dan belum dapat didistribusikan ke konsumen. 

Ironisnya, upaya menjaga ketersediaan justru terhambat oleh ketentuan regulasi yang kurang fleksibel.

Dia menjelaskan pihaknya mengoperasikan dua kios penyeimbang yang berlokasi di Pasar Pandansari dan Pasar Klandasan. 

Kedua outlet ini berfungsi sebagai instrumen stabilisasi harga komoditas pokok, termasuk beras, minyak goreng, gula, dan telur.

"Operasi pasar itu punya Pemkot, kami punya brand Gesit (Gerakan Stabilisasi Inflasi Terkendali)" jelas Andi

Namun, dia menyebutkan kapasitas stok beras di kedua kios tersebut masih terbatas. Hal ini disebabkan ketidakpastian pasokan yang berkelanjutan dari pemasok utama.

"Untuk komoditi yang ready, ada beras, minyak goreng, gula, dan telur. Tapi berasnya tidak banyak karena kami tidak bisa bikin stok yang melimpah," sebutnya.

Di sisi lain, dia mengungkapkan sebagai kota yang tidak memiliki produksi padi skala komersial, Balikpapan bergantung sepenuhnya pada pasokan dari daerah lain, terutama Sulawesi.

Akan tetapi, kebijakan pembelian gabah kering petani (GKP) oleh Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram justru menciptakan kompetisi tidak sehat bagi sektor swasta. 

Andi menjelaskan dampak kebijakan tersebut terhadap ketersediaan bahan baku.

"Di Balikpapan kan tidak ada produksi beras skala besar. Dari informasi yang kami dapat, pabrik di Sulawesi juga kesulitan mendapatkan gabah," jelasnya. 

Konsekuensinya, petani cenderung menjual hasil panen kepada Bulog daripada pabrik swasta karena jaminan harga yang lebih menarik. 

"Petani suka dengan harga itu karena mereka untung, sehingga mereka lebih baik menjual ke Bulog daripada ke pabrik-pabrik swasta," terangnya.

Meski dihadapkan pada berbagai kendala struktural, Perusda tetap berkomitmen mempertahankan strategi penetapan harga yang menguntungkan konsumen. 

Perusahaan berupaya menjual beras 10% di bawah harga pasar sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

"Kami tidak menetapkan harga, tapi kami berusaha menjual 10% di bawah harga pedagang," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro