Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Telur Ayam di Kalimantan Barat, Begini Potretnya

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat, Abdul Manaf mengakui adanya kenaikan harga telur ayam di Kalimantan Barat.
Ilustrasi./ANTARA-Adeng Bustomi
Ilustrasi./ANTARA-Adeng Bustomi

Bisnis.com, PONTIANAK – Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat, Abdul Manaf mengakui adanya kenaikan harga telur ayam di Kalimantan Barat.

Kondisi ini juga telah ia komunikasikan dengan asosiasi peternak yang ada di Kalbar untuk mengetahui penyebab harga telur hingga Rp1.600 per butir.

"Populasi kita di Kalbar 3,2 juta dengan produksi telur per hari 110 hingga 120 ton untuk seluruh Kalbar. Untuk harga, saya sudah cek, dari peternak dihargai 12-23 ribu per kg, dan di pasaran 26 ribu per kg. Jadi kurang lebih 1.600 per butir. Memang ada sedikit kenaikan harga," ungkapnya.

Dari komunikasi tersebut, Manaf mengungkap beberapa hal yang menjadi penyebab melonjaknya harga telur di pasaran. Pertama-tama, ia menyebutkan efek dari hari raya Idul Fitri yang masih terasa hingga saat ini.

Kedua, naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah yang berpengaruh pada naiknya harga pakan ternak unggas. Hal ini dikarenakan 55% bahan baku pakan merupakan bahan dari jagung dan kedelai yang dipasok dari luar Kalbar sehingga mempengaruhi ongkos angkut atau ongkos kirim pakan tersebut.

"Bahan baku pakan 55 persen dari jagung dan kedelai. Nah jagung 66 persen berasal dari luar Kalbar, sedangkan kedelai 100 persen dari luar negeri. Begitu pula obat-obatan untuk ternak juga 100 persen dari luar negeri. Tentunya ini berpengaruh terhadap harga pakan. Akan ada ongkos transportasi," jelasnya.

Penyebab naiknya harga telur ayam selanjutnya adalah perubahan cuaca. Menurutnya, perubahan cuaca seperti kemarau dan kebakaran lahan dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ternak yang berdampak pada nilai jual.

"Jika kemarau, pemberian air misalnya dengan air dari gambut dimana tingkat keasamannya tinggi, akan memberi pengaruh pada berat badan hewan ternak. Begitu pula pembakaran lahan yang berdampak penyakit ISPA pada hewan dan ternak," tambahnya lagi.

Kebijakan pemerintah ternyata juga turut andil dalam meningkatkan harga jual telur ayam. Sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian No. 14 Tahun 2017 tentang klasifikasi obat hewan, peternak jadi harus lebih selektif dalam memberikan obat-obatan untuk merangsang perkembangan berat badan ternaknya. Dalam peraturan tersebut hanya ada 15 antibiotika yang direkomendasikan dapat digunakan oleh peternak. Padahal menurut peternak, antibiotika yang biasa dipakai, cukup signifikan untuk meningkatkan berat badan unggas sehingga harga jual lebih tinggi.

"Obat antibiotika ini adalah gas promotor untuk mempercepat pertumbuhan dan berat badan unggas. Dan ini mereka akui, memberi dampak sehingga terjadi penurunan 10 persen hasil ternak," ujarnya.

Namun ia tetap mendukung kebijakan pemerintah terkait penggunaan antibiotika ini. Menurutnya residu yang dihasilkan daging ayam atau telur yang disuntik antibiotika, dapat menyebabkan dampak fatal jika dikonsumsi terus menerus.

"Bisa berdampak pada kesehatan seseorang, misalnya kanker atau alergi obat. Bahkan resistan ayam terhadap antibiotika. Tapi pemerintah mempunyai alternatif lain dengan penggunaan bioenzim. Saat ini sedang disosialisasikan," katanya lagi.

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Caroline
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper