Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Nilai Ekspor-Impor di Samarinda tak Signifikan

Pelaku usaha ekspor dan impor di Kota Samarinda menilai penurunan ekspor dan impor pada April 2019 tidak signifikan dan tak berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi.
Kaltim Kariangau Terminal. /Kaltim Kariangau
Kaltim Kariangau Terminal. /Kaltim Kariangau

Bisnis.com, SAMARINDA – Pelaku usaha ekspor dan impor di Kota Samarinda menilai penurunan ekspor dan impor pada April 2019 tidak signifikan dan tak berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi.

Menurut Ketua DPC Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Kota Samarinda Muhammad Gobel mengatakan penurunan ekspor dan impor pada April 2019 sebenarnya tidak dikeluhkan pelaku usaha.

"Tidak terlalu dirasakan oleh anggota," tuturnya kepada Bisnis, Kamis (13/6/2019).

Dia menyebut kondisi ini dikarenakan anggota ALFI di Samarinda tidak banyak yang bergerak untuk jasa ekspor dan impor. Gobel menyebut mayoritas pelaku usaha jasa ekspor dan impor berada di Balikpapan dan sekitarnya.

"Anggota kami di Samarinda yang terjun ke ekspor-impor hanya beberapa saja," terang Gobel.

Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur sebelumnya telah merilis, nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur pada April 2019 mencapai US$1,33 miliar atau mengalami penurunan sebesar 11,89% dibanding dengan ekspor Maret 2019.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur, Atqo Mardiyanto penurunan 11,89% ini jika dibanding April 2018 sebenarnya masih mengalami peningkatan 0,63%. Dia membeberkan bahwa penurunan ekspor April 2019 didorong oleh turunnya ekspor barang migas dan barang non migas.

“Ekspor barang migas April 2019 mencapai US$0,09 miliar, turun 63,33% dibanding Maret 2019. Sementara ekspor barang non migas April 2019 mencapai US$1,24 miliar, turun 1,98% dibanding Maret 2019,” papar Atqo

Dia menyatakan, persentase kenaikan terbesar ekspor pada April 2019 dibandingkan dengan Maret 2019 terjadi pada golongan Aneka produk kimia sebesar 118,14% dari US$4,03 juta menjadi US$8,79 juta. Sedangkan persentase penurunan terbesar terjadi pada golongan Bahan Bakar Mineral sebesar 15,86% dari US$1,41 miliar menjadi sebesar US$1,18miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper