Bisnis.com, JAKARTA - Kemunculan anak buaya di saluran primer dekat dengan pemukiman penduduk Desa Mantaren II, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, sempat menghebohkan dan membuat penasaran sejumlah warga yang ada di daerah itu.
"Memang kami ada menerima laporan dari warga RT 03 yang melihat kemunculan anak buaya tersebut di saluran primer Handel Malang yang juga dekat dengan pemukiman warga," kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pulang Pisau Tekson, Sabtu (22/6/2019).
Menurut dia, laporan dari warga tersebut ditindaklanjuti, dan terbukti memang benar bahwa ada seekor anak buaya sebesar paha anak dewasa terlihat muncul dipermukaan saluran primer Hendel Malang II dan dilihat oleh dua personel BPBD lain yaitu Jumatnor dan Indra Ardinata. Dimana lokasinya dekat dengan SMKN-1 Kahayan Hilir pada tikungan Jalan Trans Kalimantan.
Menurutnya, warga minta agar buaya tersebut bisa segara ditangkap, namun setelah melihat banyak warga yang datang, anak buaya tersebut langsung lari dan menghilang.
Ia mengatakan pihaknya juga mengimbau untuk warga yang ada di daerah setempat, untuk selalu berhati-hati dan waspada terutama anak-anak.
Kepala Desa Mentaren II, Agus Imam Murdianto saat dikonfirmasi terkait adanya hewan predator yang berhabitat di saluran primer ini juga membenarkan.
Baca Juga
Dia mangungkapkan bahwa anak buaya itu sebenarnya sudah lama tinggal dan hidup di saluran primer tersebut.
"Kata anak-anak yang melihat, jumlahnya sebanyak tiga ekor. Anak buaya tersebut munculnya di tempat berbeda-beda, dengan kisaran panjangnya sekitar 70 centimeter saja," kata Agus.
Agus mengatakan, setengah tahun yang lalu ada warga RT 7 yang berhasil menangkap anak buaya, mungkin dengan tujuan untuk dipelihara, namun beberapa hari setelah ditangkap, anak buaya itu terlepas dari kolam.
"Apakah anak buaya yang lepas itu adalah hewan yang sama dengan yang dilihat oleh sejumlah warga, namun sampai saat ini tidak diketahui secara pasti," katanya.
Agus mengaku terakhir melihat anak buaya itu pada awal bulan Ramadhan lalu di depan rumahnya yang juga dilalui saluran Handel Malang II.
"Biar tidak membuat masyarakat resah saya minta untuk dimatikan saja. Namun pada waktu itu, ada warga yang ingin menangkapnya, sehingga anak buaya itu keburu lari dan menghilang di dalam saluran primer," ucap Agus.
Untuk sementara ini, kata Agus, adanya hewan predator yang hidup di saluran primer itu tidak dipersoalkan oleh warga setempat. Selain tidak mengganggu aktivitas, warga juga tidak ada yang mandi di saluran itu, karena hewan predator itu hanya dianggap 'bajul' atau masih anak-anak.
"Kalau bisa ditangkap ya ditangkap saja, tetapi karena ukurannya yang masih kecil, warga jadi susah untuk menangkapnya," kata Agus.