Bisnis.com, BALIKPAPAN— Isu panas pemindahan ibu kota ke bumi etam telah menarik investasi asing untuk kembali masuk ke sektor energi minyak dan gas bumi serta pertambangan.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau kilang Balikpapan menarik perhatian dari pemerintah Kanada untuk ikut serta berinvestasi di dalamnya. Pasalnya Proyek PT Pertamina (persero) itu juga menelan investasi besar senilai kurang lebih Rp70 triliun.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) kota Balikpapan Yaser Arafat mengatakan, delegasi negri pohon maple secara umum melihat potensi Kalimantan Timur dengan fokus utama teknologi minyak dan gas bumi, konsesi pertambangan hingga energi baru dan terbarukan.
Selain itu, saat ini progres pengerjaan Kilang Balikpapan Tahap I akan berlangsung selama 52 bulan diperkirakan akan selesai pada 2023. Perluasan kapasitas kilang dari 250.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari itu, lanjut dia bisa menjadi peluang masuknya Kanada dengan teknologi perpipaan yang dimiliki.
Dia pun telah menjelaskan kota Balikpapan memang bukan sebagai daerah penghasil batubara, tetapi lebih dikenal dengan keamanan dan kenyamanan investasi. Kota minyak ini merupakan kantor pusat bagi perusahaan tambang minyak dan gas bumi.
“Sebenernya bisa sebagai investor. Selain itu kan [kilang] punya pertamina, dari sektor migas kan pipa-pipanya. Lalu dari sektor air. Siapa tau ada menyuplai air baku dan bersih dari Kanada. Sebagai investor juga sebagai penyuplai heavy equipment untuk menyukseskan program RDMP ini,” jelasnya Selasa (6/8/2019).
Baca Juga
Kaltim diharapkan bisa terbuka dengan investasi asing, setidaknya dari teknologi industri yang ramah lingkungan yang dibawa bisa diimplementasikan di Indonesia atau Kaltim.
“Sejauh ini kami akan melihat peluang mereka dan akan membantu mereka jika tertarik investasi di Kaltim. Apalagi, isu ibu kota di Kaltim tentu akan banyak menggundang para investor,”imbuhnya.
Sementara itu, Komisaris Perdagangan, Industri Ekstratif Kedutaan Besar Kanada, Emilie Carrier mengatakan, pihaknya belum pernah melakukan investasi di pulau Borneo. Sejauh ini, masuknya investasi dari Kanada hanya ada di Papua, yakni di PT Freeport, selain itu juga di pulau Jawa dan Sumatera.
Selain itu, dia juga mencontohkan, perusahaan energi Kanada, Husky Energy telah beroperasi selama 30 tahun di Indonesia, dengan proyek terbaru yaitu pengeboran lepas pantai di Selat Madura, untuk memproduksi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).
"Sesuai arah bisnis kami di Indonesia ke usaha Pertambangan dan Migas, Kaltim kemungkinan sangat cocok," terangnya.
Ia menyampaikan, sektor-sektor yang akan terus dikembangkan di Indonesia terutama adalah finansial, pertambangan, minyak dan gas, manufaktur dan retail. Selama ini investasi Kanada paling besar dan menggunakan tenaga kerja di Indonesia ada di layanan finansial yakni Sun Life dan Manulife.
Pihaknya menawarkan diri sebagai perusahaan yang mampu melakukan penghematan energI dan menurunkan karbon dalam ruang lingkup pertambangan. Misalnya saja operasi rendah karbon dengan berinvestasi pada kendaraan bawah tanah bertenaga baterai, yang memangkas emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi para pekerja.
Emilie menyebut pada 2019, Kanada akan menjadi yurisdiksi pertambangan yang memperkenalkan harga karbon di seluruh negara dengan kebijakan serupa yang diuji cobakan di negara-negara kaya sumber daya lainnya termasuk Meksiko, Afrika Selatan dan Tiongkok.
Selain itu, untuk sektor migas, pihaknya memiliki perusahaan yang memiliki manajemen daur ulang atau pengelolaan limbah yang cukup baik. Pengurangan emisi metana, Pengambilan dan penyimpanan karbon (CCS).
“Sektor migas di Indonesia mulai mengarah ke lepas pantai, kami sudah memiliki offshore development yang baik. Negara kami menjadi negara yang mampu memproduksi minyak lima besar dunia dan empat besar gas. Tentunya sebagai operator migas di beberapa lapangan migas di dunia kami sudah memiliki cukup nama,” terangnya.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DMPTSP) per kuartal I/2019, secara sektor usaha realisasi penanaman modal asing di Kalimantan Timur masih didominasi oleh sektor listrik air dan gas bumi senilai Rp1,19 triliun, disusul subsektor pertambangan sneilai Rp303,68 miliar, serta tanaman, pangan, dan perkebunan
Realisasi investasi PMA masih didominasi oleh kota Bontang, senilai Rp1,19 triliun, Kutai Timur Rp355,47 miliar, dan Kutai Barat senilai Rp160,33 miliar. Sementara itu realisasi PMDN tersebar di Kutai Kartanegara senilai Rp3,76 triliun Berau Rp1,16 triliun, serta Paser Rp840,07 miliar.