Bisnis.com, BALIKPAPAN—PT Bank Bukopin Tbk. mengoptimalkan produk flexy guna memacu penyaluran kredit dari pasar nontradisional.
General Manager Bisnis Regional V Bank Bukopin Suko Hadiananto mengatakan bahwa porsi produk flexy ditarget sebesar 20% dari total kredit. Bank Bukopin saat ini memiliki produk flexy bill, flexy health, dan flexy gas.
“Target pertumbuhannya juga 20%. Karena produk ini baru jadi memang masih terbuka optimalisasi pasarnya,” ujarnya, Rabu (19/2/2020).
Bukopin, lanjut Suko, bekerja sama dengan PT PLN (Persero) untuk produk flexy bill. Dengan menyasar pelanggan industri, prouk flexy bill akan membuat pembayaran listrik dari pelanggan ke PLN menjadi tidak terhambat. Sementara itu, pelanggan juga dapat memanfaatkan dana jangka pendek pembayaran rekening listriknya untuk mengoptimalkan bisnisnya.
“Tahap pertama kami biasa siapkan plafon untuk tiga bulan. Kalau track record-nya bagus bisa kami perpanjang sampai enam bulan,” tuturnya.
Sementara itu, flexy gas merupakan produk untuk menalangi pembayaran tagihan gas sejumlah industry yang skemanya mirip dengan flexy bill.. Adapun, flexy health adalah dana talangan untuk pembayaran tagihan rumah sakit terhadap BPJS Kesehatan.
Suko menambahkan produk flexy memiliki risiko lebih kecil mengingat skema pembiayaan yang lebih tepat sasaran kepada pengguna. “Risiko kecil. Sementara itu, bunganya hanya 1,1% per bulan,” tuturnya.
Dia menilai potensi pelanggan industri di wilayah timur masih besar untuk memacu produk ini.
Dengan fokus pada produk tersebut, Bank Bukopin bisa lebih menekan kredit bermasalah dibandingkan dengan menyalurkan kredit investasi dan modal kerja secara biasa.