Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertanian Kalbar Luluh Lantak Dihajar Corona

Permintaan sektor pertanian Kalimantan Barat dipastikan akan jauh menurun terdampak COVID-19.
Ilustrasi petani mengusir hama burung pipit./Antara-Fakhri Hermansyah
Ilustrasi petani mengusir hama burung pipit./Antara-Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, PONTIANAK – Pengamat ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat,  Profesor Eddy Suratman mengatakan permintaan sektor pertanian Kalbar dipastikan akan jauh menurun terdampak COVID-19 sehingga berpengaruh pula terhadap pendapatan petani.

"Indonesia dan seluruh dunia akan mengalami perlambatan ekonomi sehingga permintaan pada sektor pertanian Kalbar akan jauh menurun. Dalam skenario sedang sebagaimana disampaikan Presiden menjadi Provinsi Kalbar yang paling anjlok pendapatan petaninya. Diperkirakan penurunan pendapatan mencapai 34 persen dengan daya tahan hingga November 2020," ujarnya di Pontianak pada Kamis (26/3/2020).

Dia menyebutkan wabah COVID -19 berdampak terhadap permintaan domestik dan dunia akan turun terutama dari negara-negara industri.

"Kalau hanya satu atau dua negara yang permintaannya turun,  bisa cari pasar baru. Tetapi ini semua negara sudah kena COVID-19," paparnya.

Dia menjelaskan sejauh ini pertanian Kalbar bertumpu pada tanaman komoditas seperti kelapa sawit dan karet. Naiknya nilai tukar dolar AS ternyata tidak mampu mendongkrak pendapatan petani lantaran perekonomian negara-negara industri sebagai konsumen utama produk tersebut juga luluh lantak

"Begitu juga negara macam India dan lainnya yang selama ini telah menjadi alternatif pasar CPO," kata Eddy.

Sebagai sektor utama penggerak ekonomi Kalbar, porsi pertanian sangat besar memengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan. Ditambah sektor-sektor lain yang juga terdampak COVID-19 serta konsumsi masyarakat dan pemerintah yang menurun, Eddy menyebut pertumbuhan ekonomi Kalbar bisa mencapai titik nadir.

"Kalau tidak minus, kita tumbuh nol koma sekian saja sudah terhitung bagus. Tahun ini benar-benar penuh dengan tantangan melebihi tahun 1998," ujarnya.

Menurutnya, realokasi anggaran menjadi mutlak bagi pemerintah pusat dan daerah. Langkah terbaik, mengalihkan anggaran-anggaran untuk memberikan stimulus ekonomi dan bantuan langsung tunai kepada masyarakat terdampak termasuk kepada petani, tukang ojek dan buruh harian, dan masyarakat rentan lainnya.

"Pertama yang harus dicoret adalah biaya perjalanan dinas dan pengadaan barang jasa yang tak prioritas. Angkanya memang kecil, tetapi sebagai tindakan moral sangat penting. Lalu yang cukup besar angkanya adalah proyek infrastruktur berbiaya besar harus ditunda. Alihkan untuk medis, penanganan COVID-19 dan stimulus ekonomi. Ini sangat mendesak," ucap Eddy.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar Florentinus Anum mengatakan pandemi COVID-19 berdampak pada kegiatan bertani sehingga diperkirakan menurunkan pendapatan petani.

"Tertundanya aktivitas usaha tani berupa pengembangan budidaya tanaman pangan dan hortikultura saat ini karena petani merasa takut pandemi COVID -19 sehingga menyebabkan tertundanya produksi petani dan dapat menyebabkan menurunnya volume produksi saat ini. Dengan itu akan berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan petani kita," kata Anum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper