Bisnis.com, SAMARINDA – Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) terdeselerasi pada kuartal I/2025 dengan hanya tumbuh 4,08% secara tahunan year-on-year (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltim, Budi Widihartanto, menyatakan capaian ini menurun drastis dari 6,12% yoy pada periode sebelumnya.
Meski mengalami kontraksi pertumbuhan, Kaltim tetap mempertahankan posisinya sebagai kontributor ekonomi terbesar di kawasan Kalimantan dengan pangsa mencapai 46,99% dari total perekonomian regional.
Budi mengungkapkan bahwa perlambatan ini terutama dipicu oleh kinerja sektor pertambangan yang tertahan akibat curah hujan tinggi.
"Perlambatan perekonomian Kaltim periode kuartal I/2025 utamanya disebabkan oleh tertahannya kinerja Lapangan Usaha (LU) pertambangan dan konstruksi, serta komponen net ekspor dan investasi dari sisi pengeluaran," kata Budi Widihartanto dalam keterangan resmi, Senin (30/6/2025).
Dia menjelaskan, kondisi cuaca yang tidak mendukung telah mengganggu aktivitas pertambangan, khususnya produksi batu bara.
Baca Juga
Lebih jauh, permintaan dari China sebagai mitra dagang utama juga mengalami penurunan.
Selain itu, sektor konstruksi juga mengalami moderasi seiring dengan penyelesaian sebagian besar proyek infrastruktur dasar di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan mengalami penurunan pagu anggaran pembangunan IKN pada tahun 2025 dibandingkan periode sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, struktur perekonomian Kaltim masih ditopang 5 sektor utama yaitu pertambangan (35,34%), industri pengolahan (19,57%), konstruksi (11,40%), pertanian (9,58%), dan perdagangan (7,56%).
Kelima sektor ini menguasai 83,46% dari total perekonomian provinsi. Budi menambahkan, tidak semua sektor mengalami penurunan.
Sektor industri pengolahan justru menunjukkan kinerja positif dengan peningkatan produksi pupuk dan bahan kimia anorganik.
Sementara itu, sektor pertanian mengalami peningkatan karena pergeseran waktu panen komoditas pangan dari awal kuartal II/2024 menjadi akhir kuartal I/2025.
Selain itu, sektor perdagangan juga mencatatkan kenaikan yang didorong oleh aktivitas perdagangan yang meningkat selama bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.
Dari sisi kontribusi, sektor industri pengolahan memberikan andil pertumbuhan bagi ekonomi paling besar dengan 1,56% yoy, diikuti perdagangan 0,82% yoy, pertanian 0,39% yoy, dan konstruksi 0,26% yoy.
Sebaliknya, sektor pertambangan justru memberikan kontribusi negatif sebesar -0,29% yoy.
Budi menuturkan perlambatan ekonomi Kaltim ini sejalan dengan tren nasional yang juga mengalami penurunan dari 5,02% yoy menjadi 4,87% yoy, serta regional Kalimantan yang turun dari 5,51% yoy menjadi 4,32% yoy.