Bisnis.com, BALIKPAPAN - Selama empat tahun terakhir hingga 2019 terjadi penurunan produksi kakao di Kalimantan Timur mencapai 9,63 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2015 produksi biji kering 3.948 ton menjadi 2.513 ton di tahun 2019.
Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur (Kaltim) Ujang Rachmad mengatakan bahwa penurunan produksi kakao disebabkan meningkatnya luasan tanaman tua, tetapi tidak diimbangi kegiatan peremajaan. Padahal, kakao menjadi salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan dan menjadi sumber pendapatan bagi petani di Kaltim.
Mencermati kondisi ini, Dinas Perkebunan berupaya untuk meningkatkan produksi kakao dengan penyediaan alokasi anggaran. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2020 mengalokasikan Rp672 juta untuk kegiatan peremajaan kebun kakao dengan luas 50 Ha di Kabupaten Kutai Timur.
“Kegiatan peremajaan kebun kakao tahun ini seluas 50 hektare berupa bantuan 50 ribu batang benih kakao, 5 ton pupuk NPK, dan 250 paket pestisida. Rencananya akan diserahkan kepada 30 petani di kecamatan Busang, Kutai Timur,” katanya melalui pesan instan yang dikutip dari situs resmi Pemprov Kaltim, Jumat (5/6/2020).
Ujang menjelaskan bahwa kegiatan peremajaan kebun kakao akan terus digalakkan. Sebab, banyak kebun berisi tanaman yang sudah berusia tua sehingga kurang produktif.
“Kami berupaya mendata kebunnya yang sudah tidak produktif, sehingga dapat dimasukkan dalam program pembinaan untuk peremajaan kebun dengan bantuan Pemerintah Provinsi Kaltim maupun Kementerian Pertanian,” jelasnya.
Baca Juga
Sementara itu, Dinas Perkebunan juga akan berupaya memberikan pembekalan kepada petani mengenai cara mengoptimalkan hasil kebun kakao dan menghindari serangan hama atau tanaman pengganggu. Dengan begitu produksi kakao bisa meningkat dan menyejahterakan para petani.